Ahad 27 Dec 2015 22:18 WIB

Sekolah Perempuan Desak Masuknya Pendidikan Seks di Sekolah

Rep: Lintar Satria/ Red: Ilham
Pendidikan seks (ilustrasi)
Foto: gunjhieland2.blogspot.com
Pendidikan seks (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mudahnya anak dan remaja dalam mengakses pornografi membuat banyak pihak prihatin. Pendiri Sekolah Perempuan, Salmah Safitri, berupaya agar pendidikan seks diajarkan sejak dini kepada siswa-siswi di sekolah resmi, sejak Taman Kanak-Kanak hingga mahasiswa.  

Salmah mengatakan, pada Januari 2016 nanti, Sekolah Perempuan akan beraudiensi dengan legislatif dan eksekutif untuk membahas realisasi pendidikan seks sejak dini itu.

“Saat ini begitu mudahnya anak kecil memperoleh akses ke dunia pornografi. Karenanya, harus ada sex education, yang memberikan pengetahuan kepada siswa untuk memberikan anatomi atas tubuhnya dengan cara yang benar,” kata Salmah, Ahad (27/12).

Menurut Salmah, persoalan serius yang harus diselesaikan saat ini adalah anak-anak yang terpapar konten fotografi dari gadget yang dipegangnya, termasuk dari game, film, internet, dan gambar-gambar lainnya. Informasi-informasi yang salah terus beredar. Karena itu, pengambil kebijakan, dalam hal ini anggota Dewan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk secepatnya memasukkan kurikulum pendidikan seks ke siswa.

“Jangan dianggap pendidikan seks mengajarkan mereka pengetahuan terkait hubungan seksual, itu salah. Ini berkaitan dengan cara siswa mengetahui organ seksualnya dan menggunakannya dengan cara yang bertanggung jawab,” katanya.

Pentingnya pendidikan seks juga dikatakan oleh Peneliti dari Pusat Kajian Seks dan Gender Universitas Indonesia Denyzi Wahyuadi. Ia mengatakan, pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin dan sesuai umur. Untuk anak-anak pendidikan seks dapat diberikan mengenai organ seksual mereka yang tidak boleh ditunjukan atau dipegang orang lain.

Penamaan atas organ seksual sebaiknya jangan dimetaforakan dengan yang lain. “Jadi kalau ada kejadian apa-apa misalnya anak mengatakan kepada ibunya, ‘ma burungku dipegang orang’ hal itu menyebabkan ambigiunitas,” kata Denyzi. (Bavca: Raperda Pendidikan Nonformal Belum Rampung).

Denyzi menjelaskan, pendidikan seks bagi remaja juga sangat penting untuk mengetahui otoritas tubuh mereka. Dengan mengetahui otoritas tubuh remaja sadar apa yang harus ia lakukan untuk tubuhnya. Dengan begitu, remaja akan sulit untuk dipengaruhi berhubungan seks bebas.

Denyzi mengatakan, di beberapa negara seperti Belanda pendidikan seks membuat angka berhubungan seks pertama kali semakin tertunda. Jadi pendidikan seks tidak mengajarkan anak dan remaja untuk berhubungan seks secara bebas dan tidak bertanggung jawab. Tapi justru menunda berhubungan seks pertama kali.

“Ilmu pengetahuan menjadi senjata untuk melindungi diri sendiri,” kata Denyzi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement