Rabu 30 Dec 2015 21:26 WIB

Tuna Aksara di Tiga Daerah Ini Masih Tinggi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Buta aksara
Foto: blogger
Buta aksara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan terdapat tiga daerah yang angka buta aksaranya masih tinggi. Tiga daerah ini, yakni Karawang, Jember dan Papua.

“Ini merupakan tantangan yang tidak sederhana tapi kita akan berusaha melakukan terbaik untuk menuntaskan buta aksara ini,” ujar Anies dalam acara kilasan setahun kinerja Kemendikbud 2015 di Gedung A, Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (30/12).

Di Papua, kata Anies, penyandang tuna aksara masih terhitung tinggi, yakni sekitar 36,63 persen pada 2013. Namun di Kota Jayapura justru mengalami penurunan cukup signifikan. Penurunan ini dari 0,77 persen pada 2009 hingga menjadi 0,14 persen di 2013.

Sementara Kota Karawang sendiri dinilai sudah cukup berhasil menekan angka penyandang tuna aksara. Pemerintah dan masyarakat berhasil membebaskan sekitar 117 ribu warganya dari tuna aksara.

Mantan Rektor Universitas Paramadina ini juga menambahkan, secara detil terdapat enam provinsi dan 24 kabupaten/kota yang jumlah tuna aksaranya sangat tinggi. Kabupaten yang paling tinggi jumlah penyandangnya adalah Jember, Jawa Timur. Pada 2014, masih terdapat 180 ribu tuna aksara di wilayah tersebut. Namun jumlah ini mengalami penurunan pada tahun ini, yaitu 45 ribu.

Agar bisa mengatasi permasalahan ini, Anies mengatakan, pihaknya pun berusaha menumbuhkan budaya membaca pada anak-anak usia sekolah. Hal ini telah diwujudkan melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Melalui aturan ini, para siswa diwajibkan membaca buku apapun selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Pada 2015, Anies mengaku, program ini baru berkenaan dengan ‘pembiasaan’. Ke depan, Pengagas Program Indonesia Mengajar ini akan menekankan pendisplinan pada program penumbuhan budi pekerti tersebut.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

(QS. Yusuf ayat 100)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement