REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Perbukuan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud, Supriyatno, mengatakan pengajaran matematika di Tanah Air memiliki durasi yang terpanjang tapi hasilnya kurang maksimal.
"Pelajaran matematika di Indonesia terpanjang yakni 90 menit untuk setiap sesi, tapi tidak berbanding lurus dengan penguasaan dan hasilnya," ujar Supriyatno dalam diskusi di Jakarta, Kamis (7/1).
Padahal pelajaran matematika di sejumlah negara seperti Finlandia sampai Singapura hanya 45 menit untuk setiap sesi pelajaran. Akan tetapi hasilnya maksimal. "Meski durasi pelajaran matematika kita terlama, nilai matematika anak-anak kita masih dibawah anak-anak Singapura," tambah dia.
Hal itu, lanjut dia, menjadi perhatian besar terutama perbaikan buku Kurikulum 2013 berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar serta silabus pembelajaran. Saat ini, pihaknya melakukan revisi buku Kurikulum 2013 yang ditargetkan akan selesai pada Februari 2016.
"Bahkan untuk mata pelajaran matematika kelas XII, perubahan bukunya nyaris 100 persen karena 10 bab buku harus diganti, termasuk penempatan dari yang sebelumnya semester satu menjadi semester dua," jelas dia.
Kepala Pusat Penelitian Pendidikan (Kapuspendik), Nizam, mengatakan kajian mengenai hal tersebut sudah cukup lama dilakukan.
"Sebaiknya dilakukan pendalaman, kenapa bisa demikian. Dari kajian hasil UN juga menunjukkan hasil yang serupa dengan hasil survei internasional PISA. Hasil UN untuk mata pelajaran matematika rerata nasionalnya juga belum menggembirakan," jelas Nizam.
Nizam menilai rendahnya capaian matematika bisa terjadi karena banyak hal, misalnya karena siswa terlalu lelah belajar matematika dalam waktu yang panjang, bisa juga karena kesulitan guru dalam menyampaikan materi yang banyak, karena metode pembelajaran yang perlu ditingkatkan, atau cakupan materi yang terlalu luas.
"Saya tidak mau terburu-buru menyimpulkan tanpa bukti kuat. Saran saya dilakukan pendalaman hal-hal tadi secara ilmiah oleh pakarnya," saran Nizam.