REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Alam Indonesia (SAI) menawarkan sistem belajar mengajar yang berbeda dari sekolah konvensional. SAI menyelenggarakan proses belajar mengajar di alam terbuka, bukan layaknya proses pendidikan formal. Murid-murid tidak diwajibkan memakai seragam dan sepatu di sekolah yang beralamat di Jalan Pembangunan 51 Cipedak, Jakarta Selatan.
"Konsep pendidikan sekolah alam, kita punya kurikulum sendiri, ujian nasional (UN) hanya untuk legalitas saja," kata salah seorang pengajar di Sekolah Alam Indonesia, Mochamad Jazuli ketika berkunjung ke Republika, Rabu (27/1).
Kendati tidak mengikuti sistem kurikulum yang ditetapkan pemerintah, Jazuli yang baru enam bulan bergabung dengan Sekolah Alam Indonesia memastikan, hasil belajar para siswa tidak kalah dari anak-anak yang bersekolah di konvensional. Jazuli berujar, kendati banyak belajar di alam terbuka, prestasi para siswa boleh diadu. Sebab, alumni dari sekolah yang berdiri sejak 1998 lalu itu, sudah ada yang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI).
Di SAI, para siswa diajarkan bagaimana membuka lapangan pekerjaan, bukan sebagai pekerja. Pengajaran tersebut, diberikan saat para siswa duduk di jenjang SMA. Para murid akan akan belajar bagaiaman berwirausaha, bagaimana mengorganisasikan sebuah kegiatan. Saat kelas enak SD, ujar dia, anak-anak diminta membuat karya ilmiah layaknya skripsi yang dikerjakan mahasiswa. Mereka juga didampingi oleh pembimbing. Kemudian, diakhir tahun ajaran semuanya akan mempresentasikan hasil karyanya tersebut.
Jazuli mengungkapkan, SAI tidak mengambil dana BOS. Selain itu, tidak ada yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Para orang tua, ia mengungkapkan, saling membantu dan mempunyai peranan sangat besar di SAI.
"Kita bersama-sama orang tua yang tidak lain merupakan komunitas, mengelola sekolah ini," kata dia.