REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bidang riset, teknologi, dan pendidikan di Indonesia harus membicarakan masa depan. Ia juga meminta para peneliti jangan hanya mengeluhkan tentang kekurangan anggaran untuk melakukan riset.
"Kalau berbicara tentang riset dan dikti berarti kita berbicara tentang masa depan. Kita harus menjawab masa depan. Selama tidak berbicara masa depan maka hanya menjadi seorang birokrat yang hanya membicarakan prosedur," kata Jusuf Kalla dalam acara Rapat Kerja Nasional Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Graha Widya Bhakti Puspiptek Serpong, Tangerang, Senin (1/2).
Wapres juga menyebutkan bahwa lembaga riset dan teknologi jangan hanya mengeluhkan biaya atau persentase anggaran riset dan membandingkannya dengan dengan anggaran sejumlah negara tetangga, tetapi apa yang bisa dihasilkan dengan minimnya biaya.
Sementara itu Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir menyatakan, integrasi ristek dan dikti yang telah berlangsung sejak 2014 telah membuahkan hasil.
Nasir mengemukakan, beberapa indikator yang naik secara internasional adalah seperti aplikasi paten.
Menristekdikti juga mengutarakan harapannya agar riset dan teknologi dapat bertransformasi membangun bangsa terutama saat memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Riset harus membumi dan memahami kebutuhan masyarakat, serta menghasilkan sesuatu hal yang relevan," katanya.