REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan masyarakat harus mengembangkan kemampuan kritis untuk menangkal paham-paham radikal.
"Jadi pikiran-pikiran yang menyimpang menyimpang tentu dihadapinya dengan kemampuan kritis. Kalau mempunyai kemampuan kritis ketika ada pemikiran yang tidak masuk akal apapun itu mentah langsung," ujar Anies pada seminar nasional tentang pendidikan Islam di Jakarta, Sabtu (6/2).
Dia menegaskan bahwa tidak benar jika ada pemikiran bahwa pondok pesantren sebagai lahan subur radikalisme.
Hal senada dikatakan pakar pendidikan Fasli Jalal bahwa cara lembaga pendidikan Islam untuk membentengi diri agar tidak masuk paham-paham radikal dengan perlu ada keterbukaan. "Sebenarnya ini esensi psikologi manusia. Anak-anak ini apa lagi di masa puber memang ingin mencoba sesuatu yang berbeda," kata Fasli.
Jadi semakin anak terbuka menghadapi tantangan kehidupan maka semakin terbuka ia untuk menerima informasi dan mendiskusikan, maka akan semakin tahan anak tersebut terhadap pengaruh negatif.
"Tapi kalau dia dicekoki dengan satu lini atau dogmantis lalu datang pengaruh baru yang atraktif yang sepertinya rasional dia langsung tunduk dan menjadi orang paling depan dan kalau perlu dia bawa bom di badannya," ucapnya.