REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PGGI) Jimmy Juneanto mengatakan, era digital memang merubah industri grafika. Artinya pemasangan iklan di koran turun, sirkulasi koran turun, sirkulasi majalah turun.
"Bahkan majalah yang segmennya khusus seperti majalah fashion, wisata, sirkulasinya juga turun. Artinya semua sudah tergantikan digital," katanya di Jakarta, Selasa, (15/3).
Namun, ujar Jimmy, ini bukan akhir dari industri grafika. Terbukti Indonesia masih menjadi tamu kehormatan di Book Fair yang diselenggarakan di Jerman, artinya buku yang topiknya menarik masih ada yang membaca.
"Sampai sekarang buku pelajaran juga belum tergantikan. Ipad masih belum bisa menggantikan buku pelajaran, butuh waktu sampai 10 tahun ke depan."
Makanya supaya industri grafika tetap hidup, pengusaha di bidang grafika harus bekerja semakin keras. Melakukan berbagai inovasi.
"Saat ini pengusaha harus sering mengganti desain packaging. Ini dilakukan agar peniru kedodoran, kita harus bekerja lebih keras lagi menciptakan desain khusus untuk mendorong minat pembeli," ujar Jimmy.
Wakil Direktur Bidang Kerjasama Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia), Misbach Fikrianto mengatakan, kampusnya mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan SDM yang terampil di industri grafika supaya Indonesia tak kalah bersaing.
Salah satu upayanya, ujar Misbach, dengan menyelenggarakan The International Conference NPES-ICC Color Management 2016 dengan tema Making A Future with Color Management. Di sini peserta bisa belajar dan memperdalam soal color management di industri grafika.
Sedangkan mahasiswa Polimedia dipersiapkan SDM-nya agar siap terjun di dunia grafika dengan memberikan berbagai pelatihan, workshop, seminar, magang untuk mengasah kemampuan mereka.