REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Permainan kelereng merupakan kegiatan yang sangat populer di kalangan siswa laki-laki di beberapa daerah. Hal ini juga sama dirasakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Segunung Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
“Kelereng sudah menjadi mainan populer bagi siswa di sini” ujar Guru Kelas I, SDN Segunung Mojokerto, Yuli Ambarsari Rosyada dalam buku Praktik yang Baik Pembelajaran di SD/MI karya USAID Prioritas. Pada saat istirahat, Yuli selalu menyaksikan siswanya yang selalu asyik memainkan kelereng di halaman sekolah.
Atas dasar hal tersebut, Yuli pun menemukan ide bagaimana caranya bisa memasukkan unsur permainan ini dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, Yuli pun memutuskan untuk menggunakan kelerang sebagai media pembelajaran untuk mengajar siswa kelas I tentang Kompetensi Dasar Membandingkan Berat Benda dengan Satuan Tidak Baku.
Hal yang pertama dilakukan Yuli adalah menugaskan siswanya untuk membawa kelereng. Mereka juga diminta membawa kemasan plastik bekas dari rumah. Alat-alat sederhana ini digunakan sebagai timbangan sederhana. Kemudian siswa pun akan ditugaskan menimbang benda dengan kelereng dan kemasan plastik bekas yang dibawanya.
Yuli mengatakan, upaya tersebut diharapkan membuat siswa mampu mengungkapkan kalimat sama berat, lebih berat atau lebih ringan. Dia mencontohkan, sebuah botol sampo sama berat dengan lima kelereng. Atau, dia melanjutkan, botol minuman ringan sama beratnya dengan sepuluh kelereng dan sebagainya.
Menurut Yuli, hal-hal demikian juga dinilai mampu membuat siswa menuliskan kalimat matematika yang menyatakan lebih berat, sama berat dan lebih ringan dari hasil penimbangan pada lembar kerja yang sudah disiapkan guru.
Dengan metode ini, Yuli mengungkapkan bahwa siswanya sangat antusias saat mengikuti pembelajaran ini. Mereka mencoba menimbang banyak benda dengan menggunakan kelereng yang mereka miliki.
“Wah, kok beratan kelerenganya ya. Tapi kalau kelerengnya dikurangi satu jadi berat botolnya. Ini bagaimana, Bu? Apa kelerengnya harus dibelah?” tanya salah satu siswa. Siswa itu sangat penasaran melihat benda yang ditimbangnya tak kunjung seimbang.
Menurut Yuli, pembelajaran praktik langsung seperti ini membuat siswa sangat menikmati pembelajaran matematika. Apalagi matermatika selalu dianggap pelajaran yang menyulitkan dan membosankan.
Pengalaman metode yang digunakan Yuli ini jelas membawa warna berbeda bagi para siswa. Siswa menjadi sangat menikmati dan hingga akhir jam pembelajaran pun, kata Yuli, mereka enggan beranjak dari kegiatannya.