Selasa 05 Apr 2016 18:31 WIB

Siswa Difabel Ikut UNBK dengan Komputer Khusus

Rep: c21/ Red: Andi Nur Aminah
Siswa penyandang disabilitas netra membaca soal dalam bentuk braille di samping pendampingnya saat mengikuti ujian nasional (UN) di SLBA Yapti Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/4).  (Antara/Yusran Uccang)
Foto: Antara/Yusran Uccang
Siswa penyandang disabilitas netra membaca soal dalam bentuk braille di samping pendampingnya saat mengikuti ujian nasional (UN) di SLBA Yapti Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/4). (Antara/Yusran Uccang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ujian nasional (UN) tidak hanya dilakukan oleh orang-orang normal. Siswa yang menyandang keterbatasan (difabel) juga dapat mengikuti UNBK dengan bantuan alat khusus.

Staf Humas SMAN 66 Jakarta, Tursini (60), mengatakan, pada UN tahun ini ada tiga anak didiknya yang difabel (tunanetra). “Ada tiga siswa. Mereka diberikan pinjaman dari sekolah tiga buah komputer, ada suara Job Access With Speech (JAWS),” terang dia, Selasa (5/4).

Tursini menuturkan, peralatan tersebut dapat membantu mereka yang menyandang tunanetra agar tetap dapat mengikuti UN. Tursini menjelaskan, saat pengguna mengetikkan huruf pada komputer khusus bagi difabel ini, komputer akan mengeluarkan bunyi sehingga mereka dapat mengerti.

Dia menceritakan, di sekolahnya sekarang terdapat delapan orang difabel. Untuk kelas satu terdapat empat orang dengan kondisi ada yang menderita autis, tidak memiliki tangan, low vision (hampir mengalami kebutaan), dan tunanetra. Sementara, untuk kelas dua terdapat satu murid tunanetra. Sedangkan, untuk kelas tiga dan sedang menempuh pendidikan semuanya mengalami tunanetra.

(Baca Juga: Demi UN, Sekolah Harus Pinjam Laptop 20 Hingga 60 Unit)

Untuk mereka yang mengalami gangguan tunanetra memang sedikit sulit. Namun, mereka tetap tidak dibedakan kelas maupun kurikulum dengan anak-anak lainnya. Meskipun ada beberapa peralatan berbeda yang digunakan, seperti belajar dengan cara mendengarkan rekaman dan buku pelajaran huruf braille.

“Untuk buku pelajaran dibantu oleh yayasan tunanetra di kawasan Lebak Bulus, buat referensi,” kata dia.

Namun, mereka juga dapat menggunakan buku sekolah elektronik (BSE). Buku tersebut merupakan bentuk bantuan negara untuk penyandang tunanetra sehingga bisa mengikuti proses belajar. Tursini mengatakan, rata-rata siswa difabel ada di jurusan IPS. Meski begitu, mereka memiliki motivasi untuk terus belajar.

Saat ini mereka yang mengalami tunanetra ditempatkan di ruang khusus agar dapat menjalani proses UN dengan tenang. Setiap ruangan terdapat satu anak yang menyandang tunanetra untuk belajar. Sebab, mereka bertiga berada di kelas yang berbeda sehingga tidak dapat disatukan.

“Untuk waktu ujian sendiri ada kompensasi, sepanjang 45 menit. Namun, biasanya mereka menggunakan waktu tambahan antara lima sampai 10 menit,” tutup dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement