REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengklaim isu kebocoran yang beredar selama ini bukanlah kunci jawaban. Kunci jawaban yang beredar selama ini hanya kombinasi alfabet yangd dicoba untuk diperjualbelikan oleh suatu oknum.
“Karena itu kita harus hati-hati,” kata Anies saat Konferensi Pers (Konpers) peninjauan pelaksanaan UN 2016 di tingkat SMA/sederajat di Gedung A, Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Kamis (7/4).
Lagipula, menurutnya, kunci jawaban ini kemungkinan besar kebenarannya hanya 20 persen. Anies menilai hal yang selama ini beredar juga tidak memiliki dampak kuat bagi peserta UN. Mereka tidak tertarik dan langsung percaya dengan informasi tidak jelas tersebut.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan (Kapuspendik, Balitbang), Kemendikbud, Nizam juga menegaskan kunci jawaban yang beredar atau bocoran yang selama ini didapatkan belum tentu benar semua. Hal ini berarti belum tentu menguntungkan bagi para peserta UN. Apalagi, dia melanjutkan, saat ini indeks integritas menjadi hal yang sangat ditentukan dibandingkan hasil UN.
Dengan adanya gangguan kebocoran ini, Nizam menyatakan, Kemendikbud akan berupaya memperbaiki ke depannya. Segala upaya dan koordinasi akan diusahakan agar tahun depan tidak ada lagi gangguan ini.
Namun hal yang terpenting, kata Nizam, Kemendikbud sellau meminta anak-anak tidak tergoda dengan penawaran bocoran UN. “Anak-anak biar lebih khusyuk dan percaya diri, sehingga tidak usah mencari bocoran lagi,” kata Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) ini.
Baca: Proyek Reklamasi Bikin Perempuan Muara Angke Menjerit