REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Tahun ini ujian berbasis komputer akan dilakukan dalam pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Namun sayangnya, jumlah pendaftar pada metode ini sangat terbatas.
Menurut Rektor Universitas Padjdjaran (Unpad), Tri Hanggono Achmad, hanya 2.500 pendaftar yang diperbolehkan mengikuti ujian berbasis komputer ini. “Jadinya diperuntukkan untuk yang lebih milih duluan berbasis komputer, first come first serve,” kata Tri dalam Konferensi Pers Sosialisasi Pendaftaran SBMPTN 2016 di Gedung D Dikti Senayan, Jakarta, Jumat (22/4). Hal ini karena jumlah tempat tes pelaksanaan tersebut juga terbatas.
Adapun tempat tes SBMPTN berbasis kertas hanya dilakukan di 30 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terpilih. Mereka terpilih karena telah dilihat berdasarkan kesiapan secara teknis penyelenggaraannya. Menurut Tri, panitia sengaja memilih secara selektif karena ingin memastikan pelaksanaan ujian metode pertama kali ini bisa berjalan lancar. Bahkan, setiap PTN pelaksana tersebut harus siap menyediakan genset demi mencegah pemadaman listrik secara tiba-tiba.
Beberapa PTN yang menjadi tempat pelaksanaan ujian berbasis komputer, yakni Universitas Syiah Kuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, dan Universitas Indonesia. Kemudian Universitas Padjadjaran, Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Udayana. Selanjutnya, Universitas Hasanuddin, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Pattimura.
Kuota jumlah pendaftar ujian berbasis komputer di setiap tempat pelaksanaan bermacam-macam angkanya. Hal ini bergantung pada kesiapan atau daya tampung PTN tersebut. Namun dari 30 PTN itu, kata Tri, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memiliki daya tampung peserta ujian berbasis komputer yang paling besar, yakni 200 orang.
Pada kesempatan sama, Tri menerangkan, penerapan ujian berbasis komputer ini karena mengikuti perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). “Apalagi ujian nasional di sekolah sudah diterapkan belakangan ini,” katanya.
Menurut Tri, terdapat banyak keunggulan dengan pelaksanaan ujian berbasis komputer dibandingkan yang biasa. Selain menghemat waktu, ujian ini bisa menghindari Lembar Jawaban Kertas (LJK) yang tidak bisa diproses akibat kesalahan pengisian data pada ujian biasa.