Senin 02 May 2016 15:45 WIB

Murid di Sekolah Ini Wajib Bayar Iuran dengan Sampah

Sejumlah murid taman kanak-kanak berkumpul sambil bercanda dengan mengenakan berbagai busana adat saat memperingati Hari Kartini.
Foto: Antara/R Rekotomo
Sejumlah murid taman kanak-kanak berkumpul sambil bercanda dengan mengenakan berbagai busana adat saat memperingati Hari Kartini.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sekilas sekolah ini sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah setiap murid diwajibkan membawa sampah sebagai iuran sekolah mereka.

Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Junjung Biru di kawasan Jalan Demak Kertapati ini menerapkan hal tersebut guna menanamkan kecintaan lingkungan sejak dini kepada anak didik, kata Syalfitri, pengelola Sekolah Sampah Junjung Biru di Palembang, Senin (2/5).

Di samping itu, kata dia, penerapan ini juga cukup membantu meringankan beban biaya yang dikeluarkan oleh para orang tua murid. Di sekolah tersebut, ada suasana yang berbeda dimana setiap harinya para murid TK ini membawa sekantong sampah dari rumah mereka sebagai iuran sekolah.

Menurut Syalfitri, sekolah yang didirikan sejak tujuh tahun lalu ini menerapkan cara tersebut untuk menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini kepada para siswa. Sampah-sampah yang mereka bawa haruslah memenuhi bobot mencapai nilai Rp 50 ribu. Setiap harinya sampah mereka dicatat melalui bank sampah dikelola pihak sekolah dan nantinya akan diakumulasi sebagai iuran bulanan siswa.

Sejumlah murid TK tersebut mengakui dengan adanya penerapan pembayaran sampah ini cukup membantu meringankan beban biaya sekolah yang dikeluarkan orang tua. "Saya menerapkan di sini membawa sampah untuk tabungan di bank sampah, para murid tidak mengambil uangnya dan diakumulasi nantinya sebagai iuran sekolah," kata Syalfitri.

Sampah-sampah yang dikumpulkan ini diolah menjadi beberapa kerajinan unik di sebuah galeri di belakang TK tersebut, kata Yanti, salah satu wali murid. Menurut dia, selain dapat dijual kembali menjadi produk yang layak digunakan, semua sampah ini banyak digunakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai bahan baku usahanya. Sudah barang tentu upaya itu turut mendorong perekonomian keluarga.

 

Baca: Peneliti Ciptakan Peta untuk Membaca Pikiran Manusia

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement