REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendidikan berbasis budaya dikembangkan di Yogyakarta. Dengan pendidikan ini diharapkan anak tidak hanya mendapatkan layanan pendidikan dari sisi prestasi akademik saja, meelainkan juga karakter.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY K Baskara Aji di sela-sela acara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, di Yogyakarta, Senin (2/5).
Hal itu, kata dia, sudah tercantum dalam Perda tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan berbasis budaya. Sudah 3-4 tahun ini berjalan ada model sekolah sejahtera, sekolah berbasis budaya, sekolah inspiratif. Gerakan guru yang mendidik secara menyenangkan. Sehingga sekolah menjadi menarik bagi anak-anak dan bukan beban.
Meskipun demikian Aji mengakui bahwa cita-cita Ki Hajar Dewantara belum sepenuhnya dilaksanakan yakni memerdekakan para siswa karena masih ada anak yang sekolah seolah menjadi beban dan layanan pendidikan masih dibebani biaya yang cukup mahal. Padahal cita-cita Ki Hajar Dewantara anak senang di sekolah, mendapat pendidikan tanpa beban.
Secara terpisah Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan Pemda DIY mencoba mengembangkan sistem pendidikan berbasis budaya yang diharapkan bisa menjawab tuntutan untuk mengembangkan karakter siswa.
Konsep ini juga dibahas dalam Kongres Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan yang digelar di UGM. ‘’Bagaimana potensi yang ada bisa memberikan integritas karakter pada siswa. Agar siswa tidak hanya pandai, tetapi juga beradab,’’ujarnya.
Hasil kongres diharapkan dapat menelurkan kesepakatan dan membuat tim kajian. Di DIY ada pendidikan Taman Siswa, Muhammadiyah, Pesantren, sehingga busa dicari keunggulan yang berbasis budaya, kata Sultan.