Selasa 10 May 2016 10:02 WIB

Peserta UN Diminta Budayakan Malu Berbuat Curang

Red: Achmad Syalaby
Aksi mencontek massal terjadi dalam ujian nasional (ilustrasi)
Foto: pdk.or.id
Aksi mencontek massal terjadi dalam ujian nasional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) Nizam mengatakan peserta Ujian Nasional (UN) harus membudayakan malu ketika berbuat curang.

"Berintegritas sama halnya dengan malu dalam berbuat curang. Peserta UN harus malu ketika mengerjakan soal ujian berbuat curang atau tidak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri," ujar Nizam di Jakarta, Selasa (10/5).

Prestasi sebaik apapun, akan percuma jika tidak dilandasi dengan integritas atau kejujuran. Jika tidak dilandasi integritas, Nizam menyebut bahwa hal itu merupakan prestasi palsu."Percuma, kalau nilainya tinggi tetapi tidak berintegritas," kata Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada tersebut.

Nizam menyebut perlu ada upaya bersama untuk membangun mentalitas anticurang atau mentalitas berintegritas. "Sejak dini kita harus menanamkan kepercayaan diri dan menghargai karya sendiri," katanya menjelaskan.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengumumkan nilai rerata ujian nasional (UN) tingkat SMA pada 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

"Secara keseluruhan nilai rerata UN tingkat SMA/MA negeri dan swasta mengalami penurunan. Pada tahun sebelumnya, nilai rerata sebanyak 61,29 sementara pada 2016 nilai rerata hanya 54,78," ujar Mendikbud.

Dengan demikian, terjadi penurunan sebanyak 6,51 poin jika dibandingkan nilai rerata UN tahun sebelumnya. Sementara, untuk hasil UN SMK mengalami penurunan sebanyak 4,45 poin atau dari 62,11 menjadi 57,66 pada 2016.

Sembari tersenyum, Mantan Rektor Universitas Paramadina itu menambahkan penurunan tersebut disebabkan tingkat kejujuran yang meningkat, semakin banyak sekolah yang menggunakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK), kisi-kisi UN yang tidak lagi rinci sehingga siswa harus menguasai kompetensi, serta kemungkinan tingkat keseriusan yang menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement