REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengaku menerima keluhan bahwa soal yang disajikan pada Ujian Nasional (UN) kali in cukup sulit bagi para peserta. Menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Nizam, sulitnya soal UN karena kisi-kisi UN tidak serinci seperti dulu.
“Kenapa soal sulit? Itu karena kisi-kisinya sangat rinci jadi soalnya lebih mudah,” kata Nizam kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/5). Nizam menerangkan, kisi-kisi pada 2011 hingga 2015, komponennya terdiri dari dua hal, yakni kompetensi dan indikatornya. Hal ini berarti dijelaskan hal-hal apa saja yang akan ditanyakan pada soal UN nanti. Namun mulai tahun ini, kata Nizam, komponennya hanya pada aspek materi dan level kognitifnya.
Sementara pada bentuk, kisi-kisi tahun lalu pada indikatornya spesifik merujuk pada soal yang diujikan. “Tahun ini tidak ada indikator soal,” kata Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) ini.
(Baca: Bocoran Kunci Jawaban dan Sulitnya Soal Jadi Catatan UN SMP 2016).
Pada segi leveling, Nizam menjelaskan, tahun lalu belum secara eksplisit mencerminkan leveling kognitif. Hanya ada tingkat kesukaran seperti 40 persen mudah, 40 persen sedang dan 20 persen soalnya sulit. Sementara tahun ini leveling yang lebih eksplisit, misal, 40 persen memahami, 40 persen mengaplikasikan dan 20 persen soal menalar.
Menurut Nizam, dengan konsep ini, para siswa tidak lagi hanya berkonsentrasi pada mengerjakan soal yang tertera pada kisi-kisi. Namun mereka akan benar-benar mempelajari hal-hal yang telah diajarkan selama ini.
Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Zainal Arifin Hasibuan menyatakan, anak-anak saat ini diarahkan belajar untuk memahami materinya. “Dulu belajar untuk ujian sekarang untuk paham materinya,” kata dia.