Ahad 15 May 2016 08:04 WIB

Madrasah Bermutu Butuh Kolaborasi Berbagai Pihak

Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Abdurrahman saat menerima pengurus Indonesia Bermutu (IB) di kantornya, Jakarta, Jumat (13/5).
Foto: Dok IB
Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Abdurrahman saat menerima pengurus Indonesia Bermutu (IB) di kantornya, Jakarta, Jumat (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Kanwil  Kementerian Agama (Kemenag) DKI Dr H Abdurrahman MA mengemukakan, untuk mewujudkan madrasah bermutu membutuhkan peran aktif  berbagai pihak.

"Untuk wewujudkan madrasah bermutu perlu melibatkan semua pihak, terutama kalangan perguruan tinggi,” kata Abdurrahman MA saat menerima pengurus Institut Indonesia Bermutu di ruang kantornya, Jakarta, Jumat (13/5).

Abdurrahman menambahkan, salah satu keberuntungan madrasah di Jakarta  adalah banyaknya perguruan tinggi negeri maupun swasta yang bisa diajak berkolaborasi.  “Indonesia Bermutu (IB) dapat menjadi pintu gerbang untuk memperlebar akses kita untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan pihak-pihak pemangku kepentingan lainya," ungkap Abdurrahman.

 

Menurut Abdurrahman, sangat  wajar jika pihaknya dan Indonesi Bermutu (IB) punya mimpi bahwa madrasah di lingkungan Kantor Wilayah DKI Jakarta dapat menjadi barometer pendidikan bermutu. Soal input siswa tidaklah terlalu menentukan. Justeru dengan input yang beragam, madrasah memiliki kesempatan untuk menunjukkan kualitasnya dalam memproses input yang biasa-biasa menjadi output yang luar biasa.

“Semua anak memiliki keunggulan masing-masing. Saya sangat yakin bahwa keberhasilan pendidikan bukan karena input siswa, melainkan proses yang dijalankan dengan hati nurani,”tutur Abdurrahman.

Abdurrahman mengemukakan, tantangan madrasah di DKI adalah adanya kesenjangan take home pay antara guru sekolah umum dengan madrasah padahal madrasah juga mendidik warga DKI. Bagaimanapun, sedikit atau banyak, perbedaan tunjangan guru antara guru madrasah dengan guru sekolah di DKI akan mempengaruhi kinerja, dan bahkan ada yang eksodus.

“Itu alamiah, namun kita sama sekali tidak mempersoalkan eksodusnya. Kita hanya prihatin dengan motivasi mereka. Untungnya, guru madrasah yang tergoda untuk eksodus tidak banyak karena masih banyak yang menggunakan hati nurani. Guru kita menyadari bahwa tugas kita adalah mendidik, soal rezeki itu urusan Allah," tegas Abdurrahman.

Terlepas dari itu, kata Abdurrahman, hal yang sangat membanggakan adalah akhir-akhir ini animo masyarakat untuk madrasah makin meningkat. Peminat masuk madrasah jauh melebihi kapasitas yang ada. Ini menjadi tantangan tersendiri, tandas Abdurrahman.

Di samping itu, prestasi siswa-siswa madrasah di kancah nasional dan internasional sangat membanggakan. “Bukan hanya soal bidang keaagamaan atau tahfidz, tapi juga di bidang karya ilmiah dan robotik", tambah Sadirin, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah yang ikut hadir mendampingi Kakanwil.

Pembina IB Hari Setiadi Ph D  juga menegaskan bahwa selama menjadi Kepala Pusat Penilaian Pendidikan beberapa tahun lalu, hasil pencapain nilai UN madrasah terus meningkat. “Ini membuktikan bahwa input siswa bukanlah penentu, melainkan proses pembelajaran yang terus meningkat mutunya,” papar Hari Setiadi.

Afrizal Sinaro selaku pimpinan rombongan IB mengatakan, masyarakat bermutu hanya lahir dari lembaga pendidikan bermutu, dan pendidikan bermutu lahir dari guru yang bermutu. Untuk it,  IB berkomitmen untuk mewujudkan mimpi Mdrasah Bermutu,” tutur Afrizal Sinaro.

Peneliti IB Zulfikri Anas mengatakan, mimpi itu akan terwujud  melalui kegiatan penguatan motivasi dan profesionalisme guru, salah satunya adalah melalui workshop membumikan kurikulum. Menurut Zulfikri, kurikulum bukanlah beban yang menyulitkan, melainkan jalan untuk memudahkan guru dan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

“Pendidikan adalah proses meyakinkan peserta didik bahwa mereka memiliki potensi dan keunggulan masing-masing. Setiap anak unggul karena Allah tidak mengenal produk gagal. Untuk itu, para pendidik harus yakin dengan apa yang diajarkan kepada anak didiknya,” papar Zulfikri.

Peneliti IB Jaka Warshina mengemukakan, guru adalah pendidik sekaligus ilmuwan. “Sebagai Ilmuwan, guru adalah peneliti. Setiap saat guru berhadapan dengan data hidup, guru tinggal merangkai data dan fakta-fakta yang ada menjadi sebuah tulisan ilmiah,” ujarnya.

Jaka menambahkan, karya ilmiah pada dasarnya adalah ekspresi pemikiran yang didukung oleh data, dan melalui ekpresi pemikiran itu, guru dapat menginspirasi sesama guru, dan menginspirasi muridnya. “Untuk itu, IB berkomitmen membantu guru agar mudah menghasilkan karya ilmiah, karya guru selalu ditunggu,” papar Jaka Warsihna.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement