Jumat 03 Jun 2016 15:25 WIB

Ini Cara Kreatif Binus Tumbuhkan Kecintaan Sastra pada Remaja

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Pemenang pertama Bilik Sastra Award 2015 Susana Nisa tengah memperhatikan novel
Foto: Irwan Kelana/Republika
Pemenang pertama Bilik Sastra Award 2015 Susana Nisa tengah memperhatikan novel

REPUBLIKA.CO.ID, Tak semua remaja gemar akan sastra. Sastra mungkin bisa dikatakan cukup jauh dari kehidupan remaja saat ini. Tak heran jika minat remaja untuk membaca sastra cukup rendah.

Menyadari hal ini, Bina Nusantara (Binus) International School Serpong membuat satu terobosan kurikulum pendidikan bahasa Indonesia yang dinamai 'Kurikulum Berdasarkan Novel'. Kurikulum ini pada dasarnya tetap mengacu pada kompetensi pelajaran bahasa Indonesia yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi, Binus International School Serpong juga menggabungkan kurikulum Cambridge sebagai standar penilaian dan aktivitas belajar.

"Empat keterampilan berbahasa ada membaca, menulis, mendengarkan, berbicara. Itu semua (dipelajari) based on novel," terang guru bahasa Indonesia SMA Binus International School Serpong Heny Marwati kepada Republika.co.id saat ditemui dalam Pekan Sastra Binus International School Serpong.

Melalui kurikulum ini, murid SMP dan SMA akan diberikan novel sastra yang telah disesuaikan dengan tingkat pendidikan masing-masing. Novel sastra ini nantinya akan menjadi buku wajib yang selalu dilibatkan dalam setiap pelajaran bahasa Indonesia.

Sebagai contoh, dalam kompetensi yang diberikan pemerintah, siswa kelas 11 SMA harus memiliki kemampuan untuk menyusun naskah pidato dan juga berpidato. Melalui 'Kurikulum Berdasarkan Novel' ini, siswa akan diberikan pemahaman mengenai cara menyusun naskah pidato dan berpidato yang benar. Kemudian para siswa akan mendapatkan tugas untuk menyusun naskah pidato dan juga membacakan pidato berdasarkan tokoh dalam novel sastra yang menjadi buku wajib mereka.

"Jadi basic-nya adalah mereka akan bisa meng-cover kompetensi yang ditawarkan pemerintah, tapi mereka harus membaca sebagai modalnya," jelas Heny.

Heny mengatakan tujuan diterapkannya 'Kurikulum Berdasarkan Novel' ini ialah untuk mendorong agar para murid terbiasa membaca sejak dini, dengan harapan nantinya mereka akan gemar membaca. Di samping itu, Heny juga melihat bahwa membaca karya sastra dapat membantu para murid untuk mengasah kecerdasan emosionalnya. Sehingga, pada akhirnya diharapkan murid-murid tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga emosional.

Penerapan kurikulum ini terbilang efektif dalam menumbuhkan kecintaan sastra pada remaja. Siswa kelas 11 G SMA Binus International School Serpong, Edbert Faustine, mengaku ia merupakan anak yang tidak gemar membaca. Hanya membaca sedikit halaman buku saja dapat membuatnya merasa ngantuk dan bosan.

Akan tetapi, 'Kurikulum Berdasarkan Novel' ini membuat Edbert mau tidak mau harus membaca novel sastra yang menjadi buku wajibnya. Karena jika tidak membaca, Edbert tidak akan bisa mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas pelajaran bahasa Indonesianya.

Meski mulanya Edbert membaca novel sastra hanya untuk mendapatkan nilai, lama kelamaan Edbert merasa bahwa novel sastra tak seburuk apa yang ia kira. Sebaliknya, Edbert justru mulai tertarik karena ada banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat ia pelajari melalui novel sastra yang ia baca. Ia merasa kurikulum tersebut berhasil mengubah persepsinya terhadap membaca dan juga karya sastra. "Ujung-ujungnya saya malah baca bukunya dua kali," ujar Edbert antusias.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement