Selasa 14 Jun 2016 16:49 WIB

Kak Seto: Jangan Sampai Ada Kekerasan Selama Mendidik Siswa

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Dwi Murdaningsih
Seto Mulyadi
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seto Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerhati anak Seto Mulyadi, menyambut baik adanya rencana penyusunan pedoman teknik mendisiplinkan siswa tanpa kekerasan. Dirinya menyarankan pedoman tersebut disusun berdasarkan etika kasih sayang terhadap anak.

"Pada prinsipnya guru harus mendidik dengan etika. Mendisiplinkan juga harus dengan etika. Jangan sampai ada kekerasan selama mendidik siswa," jelas Kak Seto kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/6).

Menurut dia, makna kekerasan adalah perilaku yang membuat siswa merasa tersakiti. Jika siswa mengalami kekerasan oleh guru, dikhawatirkan akan berdampak kepada terganggunya minat belajar.

Tiga Hal untuk Menanggulangi Kekerasan di Sekolah

Kak Seto mencontohkan beberapa laporan dari siswa dan orangtua yang berkonsultasi kepadanya. Dalam konsultasi tersebut, si anak merasa dendam setelah mendapat perlakuan kekerasan saat didisiplinkan oleh guru.

"Anak tersebut sampai berkata, 'saya tidak mau belajar mata pelajaran yang diajarkan guru itu'. Dia demikian karena merasa malu, tersakiti. Karena itu, mencubit untuk mendisiplinkan anak atau bentuk hukuman lain sebaiknya tidak diterapkan," jelas dia.

Kak Seto menyarankan pedoman mendisiplinkan siswa memuat  pola kasih sayang dan komunikasi. Kedua hal tersebut dinilai masih efektif untuk memperbaiki perilaku siswa.

"Jangan biarkan anak jadi peniru tindakan kekerasan. Etika itu penting sebagai contoh kepada anak. Dengan pendekatan itu, guru bisa melihat penyebab perilaku tidak disiplin yang dilakukan anak," tambah Kak Seto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement