REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pola pikir dan tindakan kekerasan bisa dilakukan banyak kalangan termasuk mahasiswa.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Intan Ahmad menilai, radikalisme harus dicegah dengan cara berpikir terbuka. Mahasiswa diharapkan mengutamakan harmoni sebagai ciri bangsa Indonesia.
Perkembangan teknologi internet membuat inspirasi kekerasan bisa diakses dengan begitu mudahnya. Karena itu, Intan meminta mahasiswa untuk menjadi yang terdepan dalam berpikir kritis.
“Jangan mudah percaya pada hal-hal yang tidak jelas. Contohnya, kita kan kadang-kadang karena tidak begitu kritisnya, menerima sesuatu di WA (WhatsApp), kemudian kita forward. Padahal, itu suatu hoax, belakangan kita tahu,” kata Intan Ahmad di kantor Kemenristek Dikti, Jakarta, Jumat (29/7).
Dia pun meminta pihak dosen terkait serta rektorat di semua kampus untuk mengoptimalkan bimbingan terhadap unit-unit kerja mahasiswa (UKM). Namun, itu bukanlah pengawasan yang tidak mengindahkan otonomi kegiatan mahasiswa. Pengawasan yang sama juga diharapkan datang dari orang tua.
“Jangan sampai, mahasiswa kita ini dibina oleh pihak lain. Itu yang akan menjadi masalah,” ucapnya.