REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati perempuan dan anak Deisti Astriani Tagor mengatakan permainan digital dapat membuat anak menjadi sulit bersosialisasi atau asosial. Tak hanya itu, gim tersebut juga berdampak hilangnya kreativitas anak.
"Anak-anak cenderung tumbuh menjadi asosial, hilang kreativitas, dan hilang jiwa pertemanan, saling berbagi dan sebagainya," ujar Deisti di Jakarta, Ahad (7/8).
Permainan digital juga membuat pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dia menjelaskan di luar negeri, anak yang berumur di bawah lima tahun tidak diperkenankan memegang gadget atau melakukan permainan digital di gawai. Tujuannya agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Kondisi sebaliknya, terjadi di Tanah Air, para orang tua berlomba-lomba memberikan anaknya perangkat elektronik.
"Orang tua harus menyadari bahwa anak di bawah lima tahun belum memerlukan gawai. Lebih baik bermain permainan tradisional bersama teman-temannya," jelas Ketua Umum Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) itu.
Permainan anak-anak tradisional mengedepankan olah tubuh, kreativitas, persaudaraan, dan ikatan emosional (simpati dan empati). "Memang permainan digital mempunyai keunggulan yang diminati anak-anak dari aspek hiburan, kekinian dan kecanggihan teknologi, tetapi yang paling baik untuk pertumbuhan anak tetap permainan tradisional," kata dia.