Senin 08 Aug 2016 16:24 WIB

PGRI Sambut Baik Anjuran Mendikbud Murid Sehari Penuh di Sekolah

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswa membaca bersama di halaman sekolah (ilustrasi)
Foto: Antara/Feny Selly
Sejumlah siswa membaca bersama di halaman sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) menyambut baik anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy terkait siswa sekolah seharian di sekolah. PGRI menilai, anjuran itu berniat baik agar peserta didik terlindungi dari pengaruh buruk di luar sekolah memperoleh dukungan dari PB PGRI.

“Lagi pula itu sejalan dengan rencana pengurangan 12 jam tatap muka mengajar,” ungkap Ketua Pelaksana Tugas (Plt) PB PGRI Unifah Rasidi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (8/8).

Meski mendukung niat anjuran tersebut, Unifah menyarankan pemerintah sebaiknya menyiapkan dahulu segala sesuatunya. Dalam hal ini menyiapkan aturan, prosedur pelaksanaan, dan peranan guru selama di sekolah. Kemudian perlu dilihat juga kekurangan dan kelebihan ide tersebut sebelum diterapkan.

Menurut Unifah, sehari penuh ini tidak berarti guru harus 24 jam tatap muka. Dengan kata lain, kegiatan sekolah tidak boleh terlalu sore apalagi hingga malam hari. Sebab, guru sebagai orang tua juga masih memiliki tanggung jawab mendidik di rumah masing-masing.

Durasi kegiatan belajar secara akademis berjalan seperti biasanya. Untuk mengisi waktu selebihnya, Unifah menegaskan, ini tidak harus diisi dengan kegiatan belajar formal seperti biasanya. Pengayaan maupun kegiatan menyenangkan bagi peserta didik bisa diisi di jam sekolah tersebut. Hal terpenting, dia melanjutkan, sekolah harus menyediakan waktu istirahat bagi siswa, termasuk memberikan pemahaman orang tua.

“Jadi sehari penuh itu bukan berarti anak-anak sampai sore kegiatannya belajar secara akademis terus-menerus,” tegasnya. Di samping itu, tambah dia, terdapat sejumlah negara maju yang telah menerapkan hal ini.

Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy menilai pendidikan dasar dan menengah masih kesulitan menghadapi pesatnya kemajuan zaman. Akibatnya, sistem pendidikan belum sepenuhnya menghasilkan lulusan yang tangguh dan berdaya saing tinggi. Untuk membenahi karakter generasi muda, ia menyarankan agar sekolah negeri maupun swasta mulai melirik sistem belajar full day school.

"Anak-anak muda zaman sekarang masih banyak yang bermental lembek dan tidak tahan banting," katanya pada Ahad (7/8), di Malang.

Full day school dapat membendung pengaruh-pengaruh buruk yang diterima anak saat orang tua sibuk bekerja dan tak sempat mengawasi. Selama satu hari di sekolah, banyak hal yang bisa dipelajari anak-anak untuk menambah wawasan mereka.

(Baca Juga: Ganjar Ingin Sekolah Sepanjang Hari Lebih Komprehensif)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement