REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya wacana pemerintah terkait Full Day School (sehari penuh di sekolah) bagi peserta didik, menjadi perhatian baru dunia pendidikan. Bagi Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, M. Cholil Nafis wacana tersebut menjadi alternatif terbaik.
"Untuk memenuhi pendidikan karakter dan kehidupan sosial yang positif bagi peserta didik sekolah dasar dan sekolah menengah, maka ide Full Day School adalah alternatif yang terbaik khususnya bagi masyarakat di perkotaan," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (9/8).
Melihat fakta peserta didik saat ini, menurutnya anak-anak dan remaja terlalu banyak waktu kosong, jika hanya belajar setengah hari. Apalagi bagi peserta didik yang tidak menambah jam belajar di luar waktu sekolah dengan les privat atau bimbingan belajar.
Godaan seperti gim daring dan menonton televisi seringkal menjadi rutinitas anak yang pulang sekolah tengah hari. Ini diperparah bila orang tua anak sibuk dengan karier dan profesinya, sehingga membuat anak kurang mendapat bimbingan.
"Syaratnya (Full Day School), suasana sekolah harus menyenangkan, pembelajaran yang kondusif dan pengawasan guru yang utuh. Sehingga anak betah, nyaman dan memperoleh pembelajaran yang baik di sekolah," ujar Sekretaris Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia ini.
Dan, menurutnya, yang tidak kalah lebih penting lagi adalah mengisi pendidikan seusai pelajaran wajib dengan pendidikan akhlak, agama dan kepekaan sosial. Karena kata dia, model Full Day School ini sebenarnya sudah ada yakni di inovasi pendidikan ala pesantren, namun bisa disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kondisi sekarang.