Selasa 09 Aug 2016 12:40 WIB

Full Day School Perlu Rumuskan Apa yang Hendak Disasar

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah Siswa-siswi Sekolah Alternatif Anak Jalanan melakukan karnaval di Kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (21/4).  (Republika/ Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah Siswa-siswi Sekolah Alternatif Anak Jalanan melakukan karnaval di Kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (21/4). (Republika/ Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program full day school yang dicanangkan pemerintah menuai kontroversi. Psikolog keluarga dan anak, Roslina Verauli, mempertanyakan apa yang dimaksud full day school oleh pemerintah.

“Sekarang yang mau kita tanyakan adalah  isu kita sebetulnya apakah isu pendidikan atau isu tentang masalah keluarga,” ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (9/8).

Menurutnya, kalau yang bicara adalah Kementerian Pendidikan, seharusnya isunya pendidikan anak. Kalau masalah pendidikan, harus paham dulu apakah isunya tentang pendidikan untuk anak SD atau remaja. Ia menyebut profil anak di setiap tingkatan pendidikan berbeda-beda. Baginya, kegiatan sepulang sekolah sesungguhnya lebih cocok bagi remaja.

Vera mengatakan banyak riset menemukan anak usia sekolah dasar menghabiskan separuh hidupnya dengan orang tua. Anak belajar banyak dari lingkungan. Ia butuh waktu bermain, istirahat, dan membutuhkan pengembangan hobi.

Anak usia sekolah bermain dalam bentuk kegiatan olahraga sedang usia prasekolah, yakni 2-6 tahun, butuh waktu bermain lima jam sehari.

Banyak riset yang membuktikan bahwa anak butuh bermain atau kegiatan olahraga, seperti yang telah diteliti oleh departemen pendidikan di Amerika. Menambah waktu istirahat di sela jam belajar ternyata sanggup meningkatkan atensi anak di sekolah meningkat, perilaku agresif menurun, dan kemampuan bekerja dalam tim lebih baik.

“Kalau anak kurang konsentrasi belajar, jangan-jangan kurang bermain, kurang istirahat. Banyak masalah emosional dan belajar anak ternyata cuma dua kurang bermain dan kurang istirahat,” jelasnya.

Sementara kalau masalah yang mau diangkat dari program full day school adalah soal kenakalan remaja yang terkait moral. Vera menambahkan isu pendidikan dan perkembangan moral saja masih harus dicari tahu dulu apa benar meningkat, faktornya apa, bentuknya apa, dan sebagainya.

Sementara kalau kalau isunya tentang keluarga, yang harus dirapikan adalah keluarganya dulu. “Bapak ibunya dulu, jadi jangan-jangan yang kita butuhkan memberikan training pada bapak dan ibu setiap tahun ada, tentang pendidikan moral pendidikan pada anak,” ujarnya.

“Jadi tidak jelas, mau dijawab isu yang mana dulu nih? Ini masih perlu dikaji, kita musti paham, kalau kita ngambil sebuah program pendidikan kita mesti kenal latar belakang pendidikan dulu diambil seperti apa, jangan acak kadut, asal caplok,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement