REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang akan menerapkan sistem full day school atau sekolah sehari penuh menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Sebagian masyarakat mendukung, tetapi banyak juga yang mempertanyakan urgensi dari kebijakan ini jika nanti benar-benar direalisasikan.
Komite III DPD RI menilai apa pun kebijakan bidang pendidikan, orang tua dan murid harus dilibatkan. Tanya pendapat mereka mengenai kebijakan ini. "Semua kebijakan muaranya harus dari bawah, baru direalisasikan. Niat full day school baik, tetapi apa kualitas sekolah, baik sumber daya maupun infrastrukturnya sudah siap? Jika kebijakan ini mau direalisasikan, banyak pembenahan yang harus dilakukan terlebih dahulu,” ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris di Jakarta (9/8).
Fahira mengatakan kebijakan sekolah sehari penuh akan tidak berarti jika nantinya sistem ini malah menjadi beban bagi murid karena merasa bosan atau tidak nyaman terlalu lama berada di sekolah. Oleh karena itu, sebelum kebijakan ini direalisasikan, kementerian harus memperhatikan kesiapan fasilitas dan kesiapan seluruh komponen di sekolah serta kesiapan program-program pendidikan.
Keberhasilan kegiatan sehari penuh di sekolah, Fahira mengatakan sangat tergantung kepada kreativitas dan inovasi dari sekolah dan guru. Jika sekolah atau guru mampu menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang sifatnya informal, cair, tidak kaku, dialogis, rekreatif dan menyenangkan bagi siswa, maka kebijakan ini sangat baik diterapkan. Fahira menegaskan jika sekolah atau guru belum mampu menghadirkan ini, maka kebijakan sekolah sehari penuh harus dipikirkan ulang lagi.