REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan program full day school atau sekolah sehari penuh dinilai dapat menambah beban bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan ABK membutuhkan stimulasi khusus di luar lingkungan sekolah.
ABK membutuhkan terapi khusus yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga pendidikan khusus, dan tidak semua sekolah mampu menyediakan terapi bagi ABK. Pertimbangan waktu istirahat yang menjadi hak anak juga perlu dikedepankan. Di mana anak akan beristirahat mkisalnya tidur siang bagi anak-anak yang lelah.
Belum lagi untuk anak-anak yang memiliki masalah kesehatan. Asrorum mengatakan siapa yang akan mengontrol kesehatan mereka di sekolah, minum obat untuk anak dengan kelainan jantung, atau anak yang sedang dalam pengobatan syaraf.
"KPAI siap memberi masukan dan segera akan bertemu dengan Mendikbud. Niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik, dan meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan," kata Asrorun.
(Baca Juga: Swasta Sudah Lama Terapkan Sekolah Sehari Penuh)