Rabu 10 Aug 2016 14:26 WIB

Ini Tanggapan Gubernur NTB Soal Kebijakan Sekolah Seharian Penuh

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Hazliansyah
Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi memberikan pandangannya terkait wacana sekolah seharian penuh (Full Day School). Dirinya menilai ada keuntungan dan kekurangan jika kebijakan itu dilaksanakan.

"Infonya, Mendikbud tidak jadi melaksanakan kebijakan itu, penetapannya pun belum. Saya berpandangan ada kurang dan lebihnya dari konsep full day School ini," ujarnya di Kota Mataram, Rabu (10/8).

Ia menuturkan, wacana tersebut lahir karena anak-anak saat berada di luar lingkungan sekolah sering mengalami kondisi hal-hal yang tidak baik.

"Saya yakin gagasan itu berangkat dari hal itu untuk mengurangi interaksi anak-anak dengan hal yang tidak baik maka keberadaan mereka di sekolah," katanya.

Menurutnya, di dalam sekolah usai pelajaran formal, maka siswa mengisi waktu dengan kegiatan penting yang memperkuat ikatan persaudaraan satu sama lain dan membangun karakter.

"Artinya dari perspektif itu ada kelebihannya. Dengan lebih banyak di sekolah maka anak-anak lebih bisa mengurangi dengan hal buruk di luar sekolah," katanya.

Namun disisi lain, Zainul mengatakan konsep sekolah seharian penuh tidak akan bisa maksimal jika konsepnya tidak matang disiapkan sehingga membuat siswa akan bosan di sekolah.

Selain itu, kondisi masing-masing provinsi di seluruh Indonesia berbeda. Kebijakan sekolah seharian penuh bisa saja berjalan di kota besar dimana kedua orang tua siswa bekerja. Namun, di NTB khususnya di desa tidak demikian.

Dirinya meminta apabila kebijakan ini akan dilaksanakan maka sifatnya lebih direkomendasikan di daerah tertentu dibandingkan harus diwajibkan.

"NTB saja beragam, Mataram saja beda dengan Lombok Timur dan Lombok Barat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement