REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), menekankan pentingnya komunikasi guru dan orangtua lebih diperkuat. Ini menyikapi kasus pemukulan terhadap guru Dasrul dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Makassar pada Rabu 10 Agustus 2016 lalu.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan (Ditjen GTK) Anas M. Adam yang mengunjungi guru korban pemukulan pada Kamis 11 Agustus 2016, mengatakan kejadian ini sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Seorang guru menjadi korban pemukulan oleh orangtua yang sebetulnya tidak boleh terjadi.
"Orangtua tidak boleh main hakim sendiri, dan perlu diperkuat komunikasi antara guru dan orangtua," ujar Anas yang juga ketua tim rombongan klarifikasi kasus pemukulan guru di Makassar, Ahad (14/08) di Jakarta.
Anas mengatakan, saat tim berkunjung ke lokasi pada hari pertama Kamis 11 Agustus 2016, keadaan Dasrul, guru yang menjadi korban sedang dalam perawatan di rumah sakit Bhayangkara Maskassar.
“Kondisi beliau masih lemah, dan masih trauma serta khawatir akan adanya gangguan lanjutan terhadap beliau dan keluarga,” kata dia.
Terkait rasa Khawatir dari pihak guru tersebut, Anas mengatakan, Kemendikbud telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Makassar untuk memberikan perlindungan hukum terhadap guru tersebut. Selain itu juga Kemendikbud mendukung proses hukum yang sedang berjalan yang dilakukan oleh Kepolisian RI.
Pada Jumat 12 Agustus 2016, tim mengunjungi SMK Negeri 2 Makassar. Pada kesempatan itu tim mendapati dan melihat kepedulian siswa terhadap guru Dasrul. Para siswa di sekolah tersebut mengumpulkan sumbangan untuk guru Dasrul yang menjadi korban pemukulan.
"Para guru dan siswa mengatakan kepada kami bahwa pak Dasrul adalah guru senior yang sangat baik, sabar dan tidak pernah bermasalah kepada siswa. Untuk itu mereka menyatakan keprihatinan mereka kepada kami terkait kasus tersebut,” ujar Anas.