Rabu 28 Sep 2016 19:40 WIB

Pemerintah Membiarkan Harga Buku Semakin Mahal

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Buku pelajaran bekas banyak dicari pelajar karena harganya yang relatif murah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Buku pelajaran bekas banyak dicari pelajar karena harganya yang relatif murah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto mengatakan buku menjadi bagian penting penyadaran dalam segala aspek di negara-negara hebat. Sehingga, ia meminta negara atau pemerintah memperjelas kontribusinya dalam hal penyadaran. Komentar Bambang tersebut mereujuk pada mahalnya pajak yang diterapkan produksi buku yang berujung pada mahalnya harga buku.

"Ketika buku jadi mahal, dengan bahasa yang bombastis, artinya pemerintah tak peduli dengan pendidikan," kata dia.dalam acara Indonesia International Boom Fair (IIBF) 2016 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (28/9).

Bambang mengatakan, tidak peduli pada pendidikan bukan hanya menyoal tidak membayar gaji guru dan lain-lain. Namun, membiarkan harga buku mahal sehingga tak terjangkau, adalah bagian dari pembiaran.

"Kalau buku mahal artinya tak mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak sesuai UUD 1945 alinea keempat," jelasnya.

Sebelumnya, Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta mendesak pemerintah dan DPR untuk segera menghapuskan pajak terhadap produksi buku. Permintaan itu muncul lantaran begitu banyaknya kewajiban pajak yang harus ditunaikan para penerbit kepada negara selama ini.

Setidaknya ada tiga jenis pajak yang selama ini dibebankan pemerintah kepada para penerbit. Ketiga jenis pajak tersebut adalah pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh), dan pajak kertas. Nilai pajak yang mesti dibayarkan penerbit itu mencapai 10 persen dari masing-masing objek pajak.

Menurut Bambang, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, pertama seluruh biaya yang menyebabkan buku mahal sebainya dihapuskan. Kedua, seluruh proses kreatifitas yang mendorong dan membangun seseorang mau menulis, harus dihargai.

"Karena kalau harga buku mahal, terus tak ada penghargaan, tak ada yang mau menulis," ujar dia.

Bambang berujar, menulis bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Buku dapat menumbuhkan dan menciptakan inspirasi, dongeng, gagasan, masa depan bangsa.

"Ini yang tak dipikirkan. Sebagian penguasa adalah tantangan bagi kita. Mereka masih eliterate, mereka tak paham, padahal mereka itu cerdas karena buku," tutur Bambang.

Ketiga, ia melanjutkan, upaya untuk membangun kesadaran membaca yang lebih luas, harus dilakukan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement