Ahad 02 Oct 2016 13:07 WIB

Rektor UPI: Menghormati Guru Ciri Generasi Unggul

Seorang guru honorer melakukan proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Bandung III Jombang, Jawa Timur, Selasa (24/11).
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Seorang guru honorer melakukan proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Bandung III Jombang, Jawa Timur, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perhatian dan penghormatan masyarakat dan peserta didik terhadap guru belakangan dirasa mulai berkurang. 

Padahal, menurut Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Furqon, generasi yang unggul adalah generasi yang mau menghormati guru.

Furqon mengatakan bagaimanapun menghasilkan kualitas peserta didik yang andal di masa mendatang,  dimulai dari tenaga pendidik yang mampu mentransfer ilmu dengan hati serta memiliki karakter yang kuat dalam menyampaikan ilmu. 

Selain itu, pendidik saat ini harus memiliki pandangan jauh ke depan, ilmu dan pengetahuan apa yang dibutuhkan di masa mendatang. 

"Sebab dunia saat ini cepat berubah," terangnya dalam focuss group discussion (FGD) yang digelar oleh Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII) di Jakarta, Sabtu (1/10).   

Furqon menegaskan dunia pendidikan sangat menentukan kualitas pendidik. Pendidik menjadi ujung tombak untuk transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. 

Pendidik harus memiliki kualitas yang mumpuni untuk menyampaikan materi ilmu agar hasil pendidikan benar-benar berkualitas.

Sebab, tambah Furkon, SDM yang mampu bersaing di masa depan adalah mereka yang berkualitas secara ilmu pengetahuan dan karakternya unggul.

Seperti memiliki kejujuran toleran, peduli dan rendah hati. "Selain itu dia memiliki etos kerja tinggi, disiplin tanggung jawab, kerjasama, dan kemandirian yang tinggi," terangnya.

Furqon membandingkan hasil pendidikan Indonesia dengan di negara OECD. 

Sebanyak 90 persen yang terbaik di Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara modern. 

Yang terdidik pun masih jauh dibawah standar global. "Indonesia perlu belajar lebih tajam untuk mengejar ketertinggalannya," tambahnya. 

Meski demikian, Furkon mengakui ada kenaikan mutu pendidikan di Indonesia, tetapi kenaikannya masih kalah dengan negara OECD. 

Indonesia naik dua langkah di mereka 10 langkah. "Kenaikan yang menurun," terangnya. 

Furqon pun mengapresiasi FGD semacam ini sebagai upaya awal menyatukan persepsi tentang langkah dan gerak bersama memajukan dunia pendidikan Tanah Air.

Sekjen Forum Pimpinan Media Digital Indonesia (FPMDI), Edi Winarto memberikan warning bahwa posisi pengajar bukan lagi sebagai pihak yang tahu semua ilmu. 

Pendidik dengan kemajuan teknologi harus bisa menjadi mitra bagi anak didik agar anak didik bisa berkembang enguasai ilmu dan pengetahuan.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas, tidak lepas dari tenaga pengajar yang profesional. 

Sebagus dan selengkap apapun institusi pendidikan yang ada tetap tidak bisa menyuguhkan kualitas pendidikan yang handal,tanpa adanya pendidik yang profesional dan berkarakter. 

“Hanya melalui pendidikan yang berkualitas dan bermutu nasib anak bangsa bisa lebih maju.”

Hadir dalam FGD yang mengambil tema "Mewujudkan Kualitas SDM dengan Menysiapkan Generasi Unggul Berkarakter", perwakilan dari PGRI Pusat, masyarakat umum, pendidik, guru PNS, guru non PNS dan para penyuluh agama.  

“Hasil FGD ini akan dibawa ke Munas VIII 8-10 November,” kata Wakil Sekjen DPP LDII, Basseng.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement