Kamis 06 Oct 2016 07:03 WIB

Pemerintah Ubah Sistem Distribusi Kartu Indonesia Pintar

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Seorang siswa menunjukan Kartu Indonesia Pintar (KIP) saat pembagian tiga jenis kartu sakti itu oleh Prsiden Joko Widodo kepada warga di wilayah Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (13/5).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang siswa menunjukan Kartu Indonesia Pintar (KIP) saat pembagian tiga jenis kartu sakti itu oleh Prsiden Joko Widodo kepada warga di wilayah Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengubah sistem distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, KIP akan didistribusikan menggunakan data dari sekolah yang disebut daftar pokok pendidikan.

Dia menjelaskan, jumlah KIP yang terdistribusi hingga saat ini telah mencapai 60 persen. Namun begitu, menurut Muhadjir, sejumlah KIP justru diterima oleh siswa yang kurang tepat. Ini terjadi karena pendistribusian KIP dilakukan berdasarkan data warga miskin yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2012.

Tujuan awal penggunaan data BPS untuk menyalurkan KIP tersebut mulanya untuk mendorong anak putus sekolah untuk kembali belajar di sekolah. Namun, yang terjadi justru sejumlah anak penerima KIP telah menikah atau bekerja sehingga tak berminat melanjutkan sekolah.

"Banyak kasus seperti itu. Misalnya baru lulus SD kemudian bekerja. Dia merasa nyaman dan berpikir untuk apa belajar lagi," kata Mendikbud, usai mengikuti rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/10).

Oleh karenanya, Muhadjir akan menggunakan data anak miskin yang berada di sekolah sebagai pedoman penyaluran KIP. Ia yakin daftar pokok pendidikan akan membantu program KIP sampai pada sasaran yang tepat.

Hingga saat ini, masih ada sekitar 40 persen KIP yang belum tersalurkan. Muhadjir menargetkan semua kartu dapat sampai ke tangan siswa sebelum akhir tahun. Pemerintah telah menyiapkan dana Rp 10 triliun untuk program tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement