REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah fokus membangun sekolah di daerah perbatasan atau yang disebut Sekolah Garis Depan (SGD). "Kehadiran sekolah di perbatasan, merupakan bukti kehadiran negara di tempat itu kuat. Hal itu sesuai dengan Program Nawacita Pak Jokowi, yakni membangun Indonesia dari pinggiran," ujar Muhadjir, Rabu (19/10).
Daerah perbatasan, tertinggal, terdepan dan tertinggal (P3T) mendapatkan perlakuan khusus dan penanganan khusus melalui SGD, sedangkan guru-gurunya berasal dari Guru Garis Depan (GGD). Pada tahun ini, terdapat 114 SGD yang menjadi contoh dan motor penggerak bagi sekolah di sekitarnya.
Program yang menerapkan konsep membangun dari pinggir ini dimulai dengan melakukan revitalisasi terhadap sekolah-sekolah yang sudah ada, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Selain itu juga dilakukan pembangunan sekolah garis depan yang baru.
Revitalisasi sekolah dan pembangunan sekolah baru tersebut merupakan kerja sama antara pemerintah pusat dengan daerah. Untuk tahap awal, prioritas pembangunan sekolah garis depan diberikan kepada daerah yang sulit dan tidak mendapatkan layanan pendidikan seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, NTB dan Bangka.
"Batas negara tidak hanya ditandai secara fisik saja, tetapi juga dibangun sekolah yang memberikan kesan kuat bahwa negara hadir di tempat itu."
Melalui kehadiran SGD tersebut, Dengan dioperasikannya program ini, Muhadjir mengharapkan ketimpangan mutu pendidikan semakin berkurang. SGD sendiri akan dioperasikan mulai jenjang SD hingga SMA pada 2017.