REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajak guru dan tenaga pendidik untuk memberi teladan yang baik pada anak didiknya. Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif mengatakan untuk menanamkan sikap antikorupsi, maka kejujuran menjadi nilai dasar terpenting yang perlu diajarkan pada anak sejak dini.
"Penjelasan teori atau cerita kejujuran saja tidak cukup menumbuhkan sikap jujur pada anak. Itu perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sebab anak membutuhkan sesuatu nyata dalam pandangan mereka," kata Syarif dalam acara 'Anti-Corruption Teacher Supercamp' di Nusa Dua, Bali, Senin (31/10).
Anak-anak, Syarif mengatakan, tak lagi bisa diberikan sebatas teori. Selain guru, orang tua juga memengaruhi pertumbuhan anak. Karena mereka yang membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan anak untuk berperilaku jujur, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Ini akan memengaruhi sikap anak saat menginjak remaja dan dewasa.
Pelibatan guru dalam kegiatan pemberantasan korupsi, kata Ph D hukum lingkungan hidup internasional dari Universitas Sydney ini merupakan satu langkah baik untuk membudayakan sikap antikorusi kepada siswa dan masyarakat. Pendidikan antikorupsi menurut dia, sekarang sudah melakukan pendekatan implementasi kurikulum dan proses pembelajaran di satuan pendidikan.
Peranan guru merupakan unsur penunjang utama, sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran. Mereka yang akan mengelola semua tahapan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno mengatakan guru merupakan bagian dari tri pusat pendidikan. Yaitu keluarga (orang tua), kelas (guru), dan lingkungan (masyarakat). Pembelajaran antikorupsi saat ini juga sudah masuk dalam muatan lokal. "Penumbuhan nilai-nilai antikorupsi bukan sekadar mata pelajaran, tapi guru perlu menunjukkan perilaku langsung," katanya dalam kesempatan sama.
Konsep literasi pendidikan saat ini bukan hanya kemampuan membaca dan mengeja. Melainkan anak didik bisa meresensi dan merefleksikan ke diri mereka. Totok mencontohkan, jika ada berita koruptor yang ditangkap, teroris yang ditembak, maka si penangkap hendaknya dijadikan lakon, bukan yang ditangkap. "Zaman sekarang ini kebanyakan yang ditangkap justru menjadi lakon, bukan yang menangkap," katanya.
'Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016' merupakan wahana pengembangan kapasitas guru kreatif yang memiliki minat penulisan, terutama terkait konten antikorupsi. Tulisan-tulisan para guru bisa diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk dan format.