REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ananto Kusuma Seta mengungkapkan, jumlah jurnal di Indonesia hanya sekitar 0,1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini dinilai masih sangat minim.
"Jurnal kita kalah dibanding negara lain. Bisa dibilang 0,1 persen dari jumlah penduduk," kata dia dalam acara penghargaan National Fellowship Awards for Woman in Science 2016 di kantor Kemendikbud, Kamis (3/11).
Menurutnya, ada banyak cacatan mengapa Indonesia harus terus membangun dunia penelitian. Ia menjabarkan, berdasarkan data yang diungkap pada Forum Ekonomi Dunia (WEF), peringkat daya saing Indonesia turun mejadi 41 pada 2016.
Dalam penilaian daya saing, ia menyebut ada 12 indikator penilaian. Inovasi menjadi indikator paling penting dalam menentukan peringkat tersebut. Ia menyebut, peringkat inovasi di Indonesia berada pada angka 31`dunia. Namun, pada tingkat Asia Tenggara, Indonesia menduduki perinkat ketiga, setelah Singapura dan Malaysia.
Selain itu, salah satu indikator yang paling menentukan, yakni paten. Indonesia berada pada peringkat 94 dari 138 negara. Ia merinci, Indonesia mempunyai 31 paten per 1 sejuta penduduk, sementara Malaysia 247 paten, Singapura 1.878 paten dan Thailand 115 paten.
"Karya penelitian dari perempuan peneliti diharapkan dapat memperbaiki jurnal ilmiah Indonesia," ujar Ananto.
Acara tersebut memberikan penghargaan pada empat peneliti perempuan Indonesia yang melakukan penelitian dibidang ilmu alam, ilmu material, ilmu keteknikan dan matematika. Ananto menjelaskan, penghargaan ini sudah melahirkan 45 peneliti perempuan sejak 2004. Lima di antaranya, telah diakui secara internasional.
"Titip pesan pak menteri, yang perlu dipikirkan atau dilakukan adalah bagaimana meningkatkan jumlah ilmuwan perempuan, mensukseskan kampanye #ChangeTheNumbers," kata dia.