REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir, mengatakan pihaknya berencana melakukan perubahan dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Rencana perubahan ini bertujuan menyikapi moratorium ujian nasional (UN).
Menurut Nasir, pihaknya masih menanti perkembangan hasil rapat terbatas dengan presiden atas kebijakan moratorium UN. "Bentuknya seperti apa nantinya dan apa yang harus kami lakukan jika UN dimoratorium, masih menanti hasil ratas," ujar Nasir di Jepara, Senin (28/11).
Saat ini, seleksi masuk perguruan tinggi menggunakan sistem SBMPTN, UMB dan nilai rapor. Pihaknya telah merencanakan penurunan jumlah kuota penerimaan mahasiswa baru (maru) dari jalur SBMPTN dari 50 persen menjadi 40 persen. Jika nanti moratorium UN segera berlaku pihaknya memastikan akan ada penyesuaian seleksi masuk perguruan tinggi.
"Namun, kami akan cek dulu seperti apa teknis pengukuran untuk seleksi maru ini," katanya.
Nasir menjelaskan, jika memungkinkan, sistem seleksi masuk perguruan tinggi rencananya akan mengadopsi sistem yang digunakan oleh Amerika Serikat (AS). Di negara tersebut, seleksi masuk perguruan tinggi dilakukan dalam dua bentuk tes umum, yakni general test dan tes kemampuan toefl.
"Inovasi akan kami rumuskan berdasarkan kondisi per daerah di Indonesia, pertimbangan menjaga kualitas calon maru dan sistem yang sekiranya memberi manfaat serta diterima masyarakat," jelasnya.