Kamis 01 Dec 2016 00:55 WIB

Rancangan Pendidikan Karakter Belum Cukup

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum IndonesiaBermutu Awaluddin Tjalla, Peneliti IB Afrizal Sinaro, Pendiri IB Deni Hadiana, dan Ketua IB Cabang Bogor Raya Khairunnas (dari kiri ke kanan).
Ketua Umum IndonesiaBermutu Awaluddin Tjalla, Peneliti IB Afrizal Sinaro, Pendiri IB Deni Hadiana, dan Ketua IB Cabang Bogor Raya Khairunnas (dari kiri ke kanan).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Fokus pemerintah untuk membangun karakter, terutama pada level pendidikan dasar, dengan memperbesar porsi pendidikan budi pekerti dinilai belum cukup. Selain kerja bersama semua pihak, anak-anak juga butuh contoh karakter mulia dari lingkungan dan tokoh negara.

Peneliti IndonesiaBermutu HE Afrizal Sinaro mengatakan, rancangan pendidikan karakter pada level pendidikan dasar dengan memperbanyak pendidikan budi pekerja dan mengatur porsi ilmu pengetahuan saja, belum cukup. "Sekarang kita menuntut para anak-anak berkarakter akhlak mulia. Apakah para guru di sekolah dan kita para orangtua murid di rumah sudah berkarakter akhlak mulia? Yang diperlukan sekarang bagi anak-anak adalah contoh teladan yang nyata dari gurunya, orangtuanya, dan pemimpinnya," tutur Afrizal kepada Republika melalui pesan aplikasi daring, Rabu (30/11).

Para murid dan generasi muda sekarang kehilangan figur untuk dijadikan panutan. Karena itu, semua komponen masyarakat harus turut serta bersama pemerintah dalam penguatan pendidikan karakter akhlak mulia, sesuai bidang dan profesi masing-masing. "Berbicara pendidikan karakter akhlak mulia harus di mulai dari hati yang tulus, ikhlas, dan niat yang lurus," ucapnya.

Dalam Kongres XVII Muslimat NU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, pekan lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjelaskan, kebijakan Kemendikbud saat ini adalah fokus pada pembentukan karakter anak-anak. Pendidikan karakter ini utamanya ada di level pendidikan dasar. Pendidikan karakter atau budi pekerti ini adalah pondasi untuk anak-anak siap menghadapi tantangan masa depan.

Untuk pendidikan dasar, bila merujuk pada Nawacita, maka porsi pendidikan karakter pada SD 70 persen dan 30 persennya pengetahuan. Di SMP pendidikan karakter 60 persen dan 40 persen pengetahun. Pembobotan pengetahuan akan ada di SMA dan SMK. "Visi Presiden soal karakter ini sangat besar," kata Muhadjir.

Saat ini, kurikulum 2013 sedang diulas Kemendikbud untuk diubah komposisinya bagi SD dan SMP. Kemendikbud merancang Program Penguatan Pendidikam Karakter (P3K) yang sayangnya, kata Muhadjir, kemudian diplesetkan menjadi //fullday school//.

Karena pendidikan dasar sudah tersistem, Kemendikbud fokus di SD dan SMP. Sementara PAUD, kata Muhadjir, Kemendikbud percaya sudah bagus meski faktanya bisa jadi belum. "Karena akses negara terbatas dan perkembangan PAUD juga masih baru," kata Muhadjir.

PAUD sendiri perannya masih dominan oleh masyarakat. Pada satuan pendidikan TK, yang dimiliki pemerintah hanya 3.180 sekolah. Sementara TK swasta dan RA mencapai 82 ribu sekolah. Diakui Muhadjir, selama ini negara masih memberi fasilitas dan dorongan yang terbatas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement