REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ratusan guru agama dan rohani asal Kabupaten Purwakarta, mengikuti orientasi dan pembekalan. Sebelum mengajar di SD dan SMP, mereka diberi pembekalan, terutama mengenai metedologi pembelajaran terhadap siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta, Rasmita Nunung Sasmita mengungkapkan, ada 393 guru agama dan rohani yang lolos seleksi.
Mereka, merupakan 367 guru agama Islam, 17 guru rohani Kristen Protestan, tiga guru rohani Katolik, tiga guru rohani Budha, dan tiga guru rohani Hindu. "Kalau Konghucu, tidak ada muridnya," ujar Rasmita, kepada Republika, Selasa (13/12).
Mereka itu, terhitung Januari akan efektif mulai mengajar di sekolah-sekolah. Untuk guru agama, mereka akan fokus pada pengajaran baca tulis Alquran serta kitab kuning. Tak hanya itu, mereka juga harus mengajarkan tajwid hingga langgam membacanya.
Makanya, pada pembekalan kali ini lebih ditekankan pada metedologi pembelajarannya. Jika, pembelajaran agama ini disesuaikan dengan kurikulum yang ada, hal itu sudah biasa. Karenanya, harus berbeda. "Jadi, pembelajaran agama ini berbeda dengan kurikulum yang ada," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, meminta supaya guru-guru agama ini memiliki inovasi dalam mengajarnya. Jangan sampai kontekstual saja. Serta, pembelajarannya monoton. "Jadi, harus menarik. Supaya anak-anak lebih tertarik lagi mendalami agamanya," ujar Dedi.
Selain itu, dalam pembelajaran agama tambahan ini, tidak ada batas waktu. Misalkan, si anak tidak ditarget harus bisa membaca dan menulis AlQuran dalam tiga bulan. Konsep tersebut harus diabaikan.
Jadi, jangan dipaksa anak-anak bisa dalam waktu tertentu. Melainkan, mereka harus bisa mendalami Alquran dan Kitab Kuning sekemampuannya sendiri. "Bila perlu, adopsi konsep pembelajaran ala guru-guru Kung Fu," ujar Dedi.