Selasa 20 Dec 2016 15:48 WIB

Mendikbud: Masih Bisa Menyelesaikan Tender UN 2017

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Mendikbud Muhajir Effendi (kiri) mengikuti rapat terbatas terkait ujian nasional (UN) di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Mendikbud Muhajir Effendi (kiri) mengikuti rapat terbatas terkait ujian nasional (UN) di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) segera menyiapkan pelaksanaan ujian nasional (UN) 2017. Langkah tersebut merupakan tindak lanjut hasil rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang membahas wacana moratorium UN pada Senin (19/12). Kemendikbud tengah menyiapkan pengadaan tender soal UN.

"Pemerintah masih dapat menyelesaikan tender UN 2017 dengan sisa waktu yang ada," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy kepada wartawan, Selasa (20/12).

Meski demikian, Mendikbud tidak mengomentari lebih banyak terkait persiapan pelaksanaan UN. Kapuspendik Kemendikbud Nizam, pihaknya masih menunggu arahan Mendikbud terkait pelaksanaan UN 2017. "Kita menunggu teknis, semua arahan Mendikbud," ujar dia.

Presiden Joko Widodo memutuskan Ujian Nasional (UN) tetap dilanjutkan. Keputusan itu diambil Jokowi usai memimpin rapat terbatas yang khusus membahas soal evaluasi UN di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (19/12).

"Presiden memutuskan ujian nasional tetap diadakan," ucap Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dalam konferensi pers yang digelar usai rapat.

Namun begitu, ia memastikan bahwa UN tahun depan akan dijalankan dengan sejumlah perbaikan. Salah satu perbaikan itu, menurut Pramono, dengan peningkatan kapasitas guru sehingga kualitas pendidikan diharapkan ikut meningkat. "Harapannya ujian nasional ini bisa menjadi patokan​ untuk kemajuan para siswa kita di kemudian hari," ujarnya.​

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement