REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perbaikan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Kecurangan yang selalu terjadi merupakan persoalan yang harus segera dipecahkan. Sebab, hal tersebut selalu terjadi secara berulang-ulang.
Praktisi Pendidikan dari Indonesia Bermutu, Khairunnas menilai, lemahnya integritas penyelengara merupakan faktor utama munculnya kecurangan dalam pelaksanaan UN. Persoalan ini, kata dia, sudah menjadi masalah nasional.
“Mau ada UN atau tidak tidak persoalan, yang penting integritas,” ujarnya, saat berdiskusi dengan redaksi republika, di Kantor Republika, Rabu (21/12).
Dia menambahkan, ketika integritas lemah maka, kecurangan akan mudah dilakukan. Guru akan mudah melakukan mark-up nilai UN jika integritasnya lemah. Sebab, UN hanya dipandang sebagai bahan untuk mengukur kelulusan siswa.
Dia mengharapkan, pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terkait pelaksanaan UN. Kemudian, dia menekankan, agar persoalan integritas perlu mendapatkan perhatian khusus guna mengurangi kecurangan.
Sementara itu, ketua umum Indonesia Bermutu, Hari Setiadi setuju jika UN tidak sepenuhnya dijadikan sebagai syarat kelulusan secara mutlak. Hari berpendapat terkait kelulusan lebih diserahkan kepada pihak sekolah.
Namun, Hari juga tidak setuju jika hasil UN tidak sama sekali digunakan sebagai pertimbangan kelulusan siswa. “Kalau UN bukan untuk kelulusan, gak ada motivasi. Apa pengaruhnya,” kata Hari.