Sabtu 24 Dec 2016 22:04 WIB

Tingkat Nalar Anak Indonesia Lemah

Anak Indonesia
Anak Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sosiolog Universitas Sumatera Utara Prof Dr Badaruddin, MA mengatakan, minat baca anak-anak Indonesia perlu lebih ditingkatkan lagi untuk memperoleh penalaran yang lebih baik dan memiliki kecerdasan."Sebab, selama ini penalaran yang dimiliki anak-anak Indonesi masih lemah dan perlu mendapat perbaikan," kata Badaruddin di Medan, Sabtu.

 Oleh karena itu, menurut dia, para orang tua mau pun guru-guru di sekolah perlu lebih mengarahkan siswa SD, SMP, dan SMA agar fokus membaca buku-buku pelajaran di sekolah."Selain itu, anak Indonesia juga diberikan buku-buku bacaan ilmiah, pengetahuan umum dan lainnya yang berbobot untuk menambah wawasan, serta meningkatkan penalaran," ujar Badaruddin.

ia menyebutkan, para siswa tersebut juga diharuskan rajin meminjam buku-buku perpustakaan sekolah, sehingga dengan demikian generasi muda calon-calon pemimpin bangsa itu semakin pintar.Siswa yang selalu membaca buku-buku sekolah, akan kelihatan pintar dan memiliki penalaran lebih luas.

"Kegiatan yang bermanfaat dan menambah wawasan seperti itu, harus ditingkatkan dan dipraktikkan langsung oleh siswa tersebut," ucap Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unversitas Sumatera Utara (USU) itu.

Badaruddin menjelaskan, anak-anak Indonesia memang dikenal unggul di bidang hapalan, namun lemah dalam hal penalaran.Sehubungan dengan itu, para guru di sekolah disarankan untuk memberikan penalaran dan hapalan bagi siswanya,"Melalui kegiatan tersebut, diharapkan anak-anak Indonesia semakin cerdas, pintar, berkualitas dan mampu menyaingi pelajar yang ada di luar negeri," kata mantan Dekan Fisip USU itu.

Sebelumnya, pada hasil survei 2012, Indonesia menempati peringkat 71 dari 72 negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh OECD untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi yakni membaca, matematika, dan sains. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement