REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menargetkan penanganan dampak banjir bandang di Bima, Nusa Tenggara Batar (NTB) selesai pada pertengahan Januari 2017.
"Target kita, (sekolah) 2 Januari sudah bisa digunakan kegiatan belajar mengajar," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat dihubungi Republika, Rabu (28/12).
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan, saat ini pihaknya belum memegang angka pasti berapa sekolah terdampak banjir. Namun, berdasarkan laporan BPBD setempat, setidaknya 30 sekolah mengalami rusak ringan hingga sedang di Kota Bima. Jumlah tersebut belum termasuk PAUD. Sekolah terdampak paling banyak yakni jenjang SD.
"Tak ada yang roboh. Jadi hanya rata-rata tembok pagar yang roboh. Ada yang roboh karena banjir, tapi ada karena dijebol penduduk supaya air yang tertahan di kampung bisa lewat," tutur Muhadjir.
Ia merinci, terdapat sejumlah sekolah yang terendam banjir hingga dua meter, banyak genangan lumpur di halaman dan kelas, sejumlah sarana seperti laboraturium komputer mengalami rusak parah, serta purpustakaan juga terdampak banjir.
"(Untuk UNBK) kita data, untuk segera kita ganti. Kita harap pertengahan Januari, komputer rusak bisa terganti," ujar dia.
Ia menyebut, saat ini sejumlah sekolah masih digunakan sebagai tempat pengungsian, teruma sekolah berlantai dua. Ia belum bisa mendata berapa kerugian materiil dampak banjir terhadap sekolah dan siswa.