REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebut kebutuhan paling mendesak para pelajar di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni seragam sekolah. "Masalah juga, karena banjir kan dua gelombang. Pas selesai gelombang satu, masyarakat bersih-bersih termasuk jemur pakaian, nah seragam yang dijemur hilang semua. Kita siapkan seragam sekolah," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (28/12).
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menjelaskan, selain seragam sekolah, hal yang paling penting untuk ditangani, yakni, pembersihan lumpur di kelas-kelas, pengecekan saran dan prasarana terutama meja dan kursi, alat-alat belajar khususnya komputer, serta perpustakaan. Namun, ia belum bisa mengkalkulasi berapa kabutuhan anggaran untuk penanganan dampak banjir bandang di Bima.
Ia menaksir, penanganan banjir di Bima tidak akan sebesar penyelesaian dampak gempa di Pidie Jaya. "Belum dihitung. Sebentar lagi mau dirapatkan untuk pastikan. Kemdikbud akan sediakan pakaian dan alat belajarnya. Karena banyak seragam hilang pas gelombang kedua. Yang banyak membutuhkan pakaian dan makanan," tutur Muhadjir.
Justru, Muhadjir mengaku menemukan sejumlah sekolah yang tidak sebanding antara kapasitas dan jumlah murid. Ia menyontohkan, banyak pelajar SMP yang terpaksa menumpang di SD pada sore hari akibat kapasitas kelas yang tidak mencukupi. Ia mengaku telah meminta pemerintah daerah setempat untuk mencarikan lahan kosong untuk dibangunkan SMP.