Sabtu 07 Jan 2017 17:46 WIB

Mendikbud: Toleransi dan Kerukunan Pilar Gotong Royong

Mendikbud Muhajir Effendi (kiri)
Foto: Republika/ Wihdan
Mendikbud Muhajir Effendi (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, toleransi dan kerukunan merupakan dua hal yang tak terpisahkan dari budaya gotong royong. Ia menilai hal tersebut telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW saat pemindahan Hajar Aswad.

"Ratusan tahun lalu saat batu Hajar Aswad di Ka'bah terseret hanyut oleh banjir besar, kepala suku sempat berselisih mengenai siapa yang paling berhak mengembalikan ke tempat asalnya. Akhirnya, mereka bermusyawarah dan bersepakat bahwa seorang pemuda bernama Muhammad yang akan ditunjuk," ujarnya di hadapan murid-murid Yayasam Perguruan Iskandar Muda, Medan, Sabtu (7/1).

"Namun Muhammad, yang kelak diangkat sebagai Nabi, meminta para perwakilan para suku untuk memegang ujung surbannya yang dipakai memindahkan Hajar Aswad tersebut. Kisah ini jelas pesannya, gotong royong tumbuh karena ada kerukunan dan toleransi," jelasnya dalam keterangan pers.

Dalam kesempatan itu, Mendikbud mengapresiasi apa yang dilakukan Sofyan Tan yang memprakasai pendirian Yayasan Perguruan Iskandar Muda. Yayasan pendidikan penerima Maarif Award 2014 itu, mempunyai ciri khas menyemaikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap kebinekaan dengan berpijak pada pendidikan inklusif.

Keragaman latar belakang siswanya sangat kental, sekolah ini mencerminkan miniatur Indonesia. Pihak sekolah memfasilitasi keragaman agama siswanya, bangunan ibadah masing-masing agama dibangun berdampingan di komplek sekolah.

"Jadi, saya mengapresiasi prakarsa Pak Sofyan Tan, merintis dan membesarkan lembaga pendidikan itu tidak mudah, apalagi sekolah yang dibangunnya atas dasar budaya gotong royong dan merangkul kemajemukan. Membangun sekolah dari dana patungan. Ini luar biasa, sangat pantas mendapat penghargaan seperti MAARIF Award," ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Mendikbud datang ke Yayasan Pernguruan Iskandar Muda, Medan untuk meresmikan pembangunan tempat ibadah di sekolah tersebut. Selain Mendikbud, peresmian tempat ibadah juga dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara Teungku Erry Nuradi dan Buya Syafii Maarif.

"Sekolah yang toleran itu tunas peradaban. Intoleransi simbol kebiadan. Toleransi inti keberadaban. Ini perlu ditegaskan disaat kita sekarang dirundung intoleransi dan kebencian, tidak hanya di Indonesia tapi juga fenomena global. Dunia pendidikan harus melek soal ancaman ini," ujar Buya Syafii.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement