REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kekurangan Rp 8,6 triliun untuk menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN). Akibatnya, proses pembangunan sejumlah RSPTN masih mangkrak hingga saat ini.
"Kami belum bisa menargetkan (jumlah yang bisa diselesaikan tahun ini) tapi kami ada kekurangan Rp 8,6 triliun untuk menyelesaikan," kata Menristekdikti Mohamad Nasir usai grand opening RS Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan, Senin (9/11).
Nasir mengaku tidak mengingat dengan pasti jumlah RSPTN yang pembangunannya mangkrak. Namun, dia menyebutkan beberapa rumah sakit pendidikan tersebut di antaranya Universitas Lampung dan Universitas Sam Ratulangi, Manado. "Banyaklah, saya tidak bisa menghitung. Itu rumah sakit pendidikan dan kampus-kampus yang mangkrak," ujar dia.
Nasir mengatakan, persoalan biaya memang menjadi salah satu penyebab mangkraknya pembangunan sejumlah RSPTN ini. Untuk mengatasi masalah ini, Kemenristekdikti pun telah mengajukan alokasi anggaran kepada Presiden Jokowi. "Saya juga sudah bicara kepada Menteri Keuangan. Ini sudah diaudit BPKP. Hasilnya, sudah keluar dan akan disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Bappenas," kata Nasir.
Banyaknya pembangunan yang mangkrak ini membuat Kemenristekdikti belum berencana menambah rumah sakit pendidikan baru. Saat ini, Nasir mengatakan, pihaknya masih fokus untuk menyelesaikan rumah sakit pendidikan yang ada. "Kami ada 24, ini kami ingin menyelesaikan dulu karena masih banyak rumah sakit yang mangkrak. Kami masih ingin menyelesaikan itu dulu," ujar dia.