REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti Indonesia Bermutu (IB) Asep Sunandar mengemukakan, Indonesia perlu membangun budaya baru dalam pendidikan. Selama ini, semua aktivitas belajar berhenti pada saat jam sekolah berakhir. “Bel berbunyi seakan menjadi penanda bahwa pelajaran hari itu telah selesai, siswa, guru, pegawai TU, penjaga perpustakaan juga ikut pulang,” ujar Asep pada diskusi Sawala IB di Tangerang, Banten, Ahad (8/1/2017).
Asep menambahkan, jam berkunjung ke perpustakaan juga hanya pada waktu istirahat. Dari dua kali istirahat masing-masing 15 menit, jelas sekali tidak akan mampu melayani siswa dalam peminjaman buku, atau membaca. Akibatnya, penggunaan buku-buku bacaan sangat rendah.
“Berdasarkan jasil penelitian, rata-rata tingkat keterpakaian buku perpustakaan hanya 15 kali dalam satu tahun, seharusnya bisa 40 kali,” ujar Sunandar yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Sunandar menwarkan beberapa solusi. “Salah satunya adalah dengan memperpanjang waktu pelayanan perpustakaan di sekolah,” tuturnya.
Sunandar menjelaskan, jika anak-anak belajar di sekolah selama selama jam pelajaran dalam sehari, mestinya perpustakaan tutup pada akhir jam ke-9. “Hal ini sesuai dengan konsep full day school. Literasi adalah kemampuan, membaca, mamahami, menganalisis, memaknai, mengembangkan imajinasi. Mari kita lakukan, dan tidak perlu banyak teori,” papar Sunandar.
Diskusi bulanan IB itu juga dihadiri Ketua Umum IB Hari Setiadi, sejumlah peneliti IB (Moch Dimyati, Jaka Warsihna, Evi Afrizal Sinaro, dan Rokhman), serta Ketua Umum Jabar Bermutu Rahmat Syehani. Moderator adalah Peneliti IB Zulfikri Anas.