REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Himpunan Alumni Amerika Serikat di Indonesia (Alumnas), Jimmy Rifai Gani, memprediksi Donald Trump tidak akan mengambil kebijakan yang menyulitkan mahasiswa. Ia merasa, walau ada kebijakan proteksionisme dan pengetatan imigrasi, kontribusi siswa asing di AS terhadap perekonomian cukup tinggi.
"Menurut laporan Open Doors yang diterbitkan Institute of International Education (IIE), ada 8.728 pelajar dari Indonesia di AS, meningkat 26 persen sejak 2010," kata Jimmym, Sabtu (21/1).
Selain itu, jumlah pelajar internasional yang melanjutkan studi di AS selama 2015/2016 telah menembus 1.044 juta siswa, dengan rata-rata setiap pelajar membayar uang sekolah 25 ribu dolar AS. Itu berarti, pelajar asing memberikan kontribusi sebesar 25 miliar AS terhadap perekonomian AS.
Jimmy turut menuturkan, Badan Pusat statistik (BPS) mencatat ekspor non-mogas Indonesia ke AS mencapai 15,68 miliar dolar, sedangkan dampak terhadap investasi dari AS tidak akan terlalu berpengaruh terhadap total investasi langsung asing. Hal itu lantaran investasi langsung AS cuma ada 430 juta dolar.
"430 juta dolar senilai 5,7 triliun, dan menempati urusan ke-10 dari negara dengan investasi terbesar di Indonesia," ujar Executive Director dan CEO Internasional Business School tersebut.
Ia mencatat, 66,7 persen pelajar Indonesia di AS menempuh penddikan S1, 18,6 persen pascasarjana, 11,3 persen pelatihan praktek pilihan dan 3,4 persen di program non-gelar. Menurut Jimmy, pelajar asal Cina terbanyak dengan 328.547 siswa, disusul India 165.918, Arab Saudi 61.287 dan Korea Selatan 61.007 siswa.