Senin 20 Feb 2017 20:20 WIB

BK Bukan untuk Anak Bermasalah

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Seorang guru mengarahkan muridnya sesaat sebelum melakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP Negeri 30, Jakarta Utara, Senin (9/5
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang guru mengarahkan muridnya sesaat sebelum melakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP Negeri 30, Jakarta Utara, Senin (9/5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bimbingan konselor bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang bermasalah. Pada prinsipnya, bimbingan konselor juga dibutuhkan untuk memotivasi pelajar dan guru di suatu sekolah.

"Pelayanan BK sifatnya membantu anak, melayani yang bermasalah dan tak bermasalah," kata Koordinator Guru BK SMAN 70 Jakarta, Agustini Irianti kepada Republika, Senin (20/2).

Bimbingan konselor memang lebih difokuskan pada pelajar yang mengalami masalah dan butuh bantuan. Misalnya, masalah pribadi, sosial, karir, kelanjutan ke perguruan tinggi. Sistem bimbingan yang diterapkan tidak hanya memanggil murid datang ke ruang BK, tetapi juga mendatangi kelas-kelas. Guru BK juga kerap mendapat limpahan keluh kesah mengenai prestasi seorang murid dari guru mata pelajaran tertentu.

"Kita kerja sama dengan wali kelas. Senin, biasanya kita gunakan jam untuk pembinaan, gantian dengan wali kelas," jelasnya.

Salah satu teknik yang digunakan untuk memotivasi anak-anak, yakni dengan media film. Tidak jarang, sejumlah alumni rela datang sekedar untuk bercerita tentang keberhasilannya. Salah satunya, yakni kesuksesan masuk ke perguruan tinggi negeri, seperti, ITB, UI, ITS.

Agustini menyebut, guru BK selalu memiliki data tentang siswa-siswa. Ia mencontohkan, apabila seorang pelajar datang terlambat. Pihaknya langsung memanggil mereka untuk mendengar alasan. Tidak jarang, alasan yang dikemukakan seorang pelajar dapat dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi murid lainnya.

"Setiap permasalahan yang kita temui, anaknya kita temui juga. Orang tuanya kita panggil. Supaya mengetahui," jelasnya.

Guru BK juga menjadi pihak yang bertanggung jawab mengalihkan perhatian murid dari hal-hal yang berbau tawuran. Salah satunya, anak-anak diwajibkan mengikuti ekstrakulikuler untuk melampiaskan emosi dan bakat anak ke arah positif.

"Kita lebih ke pembinaan preventif," ujar dia.

Selama 30 tahun menjadi guru BK, ia mengakui banyak hikmah yang ia pelajari dari pelajar-pelajar. "Mungkin ke pribadi saya, banyak belajar dari pengalaman mendidik anak. Lebih banyak pengalaman," kata dia.

Sementara itu, guru BK SMAN 28 Jakarta, Sri Budiarti menjelaskan, pihaknya selalu mencoba aktif berkomunikasi dengan anak-anak, khusunya kelas XII yang menjadi tanggung jawabnya. Ia berupaya hadir dalam setiap permasalahan yang dihadapi anak-anak. Ia menyadari, permasalahan anak tidak hanya melulu tentang pelajaran. Ada kalanya guru BK menjadi tempat anak-anak mencurahkan isi hati tentang kegalauan, patah hati, mengejar sesuatu, bimbang terhadap pilihan.

Untu mempermudah memberikan bimbingan, pihaknya membuat grup di pesan instan //Whatsapp// untuk memudahkan memantau kondisi anak-anak. Ia juga membuat grup dengan para orang tua murid untuk mendiskusikan perkembangan pelajar di sekolah.

Ia selalu berupaya mengajarkan sikap disiplin pada anak. Tujuannya, untuk membekali mereka di jenjang perguruan tinggi. Selama 36 tahun menjadi guru, ia tidak pernah merasa terbebani dalam menghadai para siswa. Ia justru menjalin hubungan baik dengan para alumni SMAN 28 Jakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement