Sabtu 25 Feb 2017 15:50 WIB

Jangan Paksakan Anak Pintar Semua Pelajaran

Anak belajar (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Anak belajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Dr Yanuar Asri menilai orang tua tidak boleh memaksakan anak untuk pintar pada semua mata pelajaran di sekolah karena hal itu akan mempengaruhi moralnya.

"Saat ini budaya kapitalisme orang tua terhadap anak semakin tinggi, misalnya anak lemah dalam satu atau dua pelajaran, maka ia akan melakukan berbagai cara agar anaknya pintar dalam segalanya," kata dia saat dihubungi di Padang, Sabtu (25/2).

Ia menyampaikan hal itu menanggapi maraknya fenomena orang tua memasukkan anaknya ke tempat les agar unggul dalam semua mata pelajaran tanpa mengukur terlebih dahulu kemampuan anak sehingga nanti membuatnya terpaksa belajar tambahan mengenai hal yang tidak disukainya.

Menurutnya les itu boleh-boleh saja namun hanya sebatas untuk penyegaran jika ada yang belum tuntas di sekolah. Tempat les itu bukan untuk membuat anak pintar terhadap pelajaran yang tidak ia kuasai, katanya, namun hanya untuk memperjelas dan penyegaran kalau ada pelajaran yang belum dipahami ketika di sekolah.

Dengan budaya seperti itu, ia mengingatkan orang tua bahwa proses pendidikan anak bukan untuk nilai-nilai di atas kertas melainkan penerapan pendidikan untuk hidup dengan beretika dan bermoral. "Untuk apa anak-anak pintar semua mata pelajaran tetapi tidak bermoral," katanya.

Untuk itu ia mengimbau orang tua agar memberikan pendidikan yang sehat kepada anaknya, seperti menunjang keinginan anak dengan memfasilitasi apa yang diminati.

Misalnya, katanya anak menyukai puisi, maka berikan ia pelajaran tambahan bahasa indonesia dam hal-hal terkait lainnya. Kemudian jika anak menyukai Fisika maka juga bisa diberi pelajaran tambahan fisika agar kelak ia menjadi fisikawan yang bermoral dan berintegritas.

Anak-anak tidak akan menjadi unggul ketika orangtua memberikan tambahan belajar mengenai hal yang tidak ia minati.

Misalnya di sekolah ia tidak unggul dalam pelajaran matematika, maka orang tua jangan memaksakan kehendak agar anaknya pintar matematika karena itu akan membunuh karakter anak dan menjadikan orang yang biasa saja nantinya, kata dia.

"Di luar negeri, banyak anak-anak yang diberi tambahan belajar oleh orang tuanya berdasarkan apa yang diminati oleh anak, oleh sebab itu mereka maju dalam segala bidang," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement