REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengembangan dan Perlindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Bincang-bincang Kebangsaan dalam Prespektif Kebangsaan dan Kesastraan di Jakarta, Rabu (1/3). Diskusi tersebut untuk membahas laju informasi di media sosial yang tersebar secara masif.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dadang Sunendar menjelaskan diskusi ini merupakan imbauan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggelar acara yang membahas bahasa dan sastra. Tujuannya, untuk memberikan pemahaman pada masyarakat ihwal peran bahasa dan sastra di tengah penggunaan media sosial.
Badan Bahasa mengemas diskusi ini dengan tema Merawat Kebhninekaan Melalui Bahasa dan Sastra. "Kami gelar pertemuan dan diskusi dengan pegiat bahasa, akademisi, sastrawan. Selama ini laju informasi yang terbuka dan cepat tersebar di medsos dan daring," kata Dadang, Rabu (1/3).
Ia menyebut, permasalahan yang ada tidak sesederhana itu. Akan muncul dampak yang muncul dari berbagai informasi yang tersebar di media sosial. Pun tidak jarang berita bohong diterima sebagai fakta oleh masyarakat. "Jika masyarakat tak bijak menyikapinya, maka tak bisa bedakan mana informasi yang benar dan tidak," ujar Dadang.
Ia menjelaskan, diskusi itu membincangkan bahasa dan sastra dari berbagai kepentingan. Sehingga, perpektif kebangsaan dalam kaca mata bahasa harus dipahami bersama.
Diskusi itu mengundang berbagai instansi dan lembaga, pemerhati bahasa, akademisi, sastrawan, dan budayawan. Dadang menegaskan, Bahasa Indonesia merupakan perekat dan elemen utama bangsa untuk menjaga NKRI. Selama ini Bahasa Indonesia memayungi dengan kukuh keberagaman suku dan keyakinan di Indonesia.
Sehingga, harus menggunakan kaidah bahasa dengan benar dan santun. Pun selama ini, banyak karya sastra yang merefleksikan bangsa Indonesia.
Ia mencontohkan, karya Hamka berjudul Merantau ke Deli yang mengkritik budaya Minangkabau. Serta menceritakan perkawinan antaretnis, yakni Poniem dari Jawa dan Leman dari Minangkabau. Selain itu, ada Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang menyajikan bagaimana merawat kebhinekaan.