REPUBLIKA.CO.ID, Rojan mengacungkan jari sambil berlari ke arah pintu. Dia hanya menengok sekilas pada sang guru, kemudian memacu kakinya menuju ke belakang sekolah. Rupanya, di saat sedang asyik belajar, desakan hajat yang ingin keluar tak kuasa lagi ditahannya.
Siswa kelas VI ini langsung berlari menuju tubak, istilah lokal untuk sumur umum yang lokasinya dekat sungai. Jarak tubak dengan SDN 1 Tambilung, tempat Rojan menuntut ilmu sekitar 300 meter. Sekolah ini berada di Kampung Kadupugur, Desa Cidokom Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Untuk menjangkau tubak, Rojan harus menuruni lereng bukit dengan kemiringan sekitar 70 derajat dan melewati areal persawahan. Saat akan kembali ke sekolah, dia harus mendaki untuk sampai kembali ke ruang belajarnya.
Walaupun ada sebagian siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah, namun demi solidaritas, mereka memilih ke tubak untuk sekadar buang hajat. Tak hanya membuang hajat yang mengharuskan mereka ke tubak. Siswa yang bergiliran tugas membersihkan kelas juga harus mengangkat air dari tubak untuk mengepel lantai kelas mereka.
Siswa yang bercita-cita bekerja di Pertamina ini mengaku, jadwal kerjanya jatuh pada hari Kamis. Maka setipa Kamis tiba, dia dan kawan-kawannya beramai-ramai menuju tubak untuk mengangkat air dan mengepel kelasnya agar bersih. Tak jarang mereka terlihat mandi keringat sambil membawa ember.
Kepala SDN 1 Tambilung Neneng Rohayati mengaku kondisi itu sudah dilakoni para siswa sejak lama lantaran toilet di sekolah tak bisa difungsikan. Dia bahkan menggunakan ruang toilet tersebut sebagai ruangan kerja, lantaran keterbatasan ruangan di sekolah tersebut.
Kondisi tak adanya toilet, diakuinya sangat mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Pergi meninggalkan kelas dalam waktu cukup lama untuk sekadar membuang hajat sudah menjadi hal yang lazim. Belum lagi kerap timbul kekhawatian jika murid-muridnya mengalami cidera atau bertemu binatang seperti ular. Maklum saja, jalan menuju tubak masih berupa semak belukar.
Namun kini, semuanya tinggal kenangan. Episode murid dan guru SDN 1 Tambilung harus ke semak-semak, atau ke tubak kini sudah berakhir.
Pada Desember 2016 lalu, sekolah ini telah mendapat dana bantuan langsung dari Presiden Joko Widodo sebesar Rp 90 juta. Neneng pun tak bisa menyembunyikan kegirangannya. Dalam waktu tak lebih dari 60 hari, ruangan toilet di sekolah ini pun sudah difungsikan kembali dengan baik. Tak hanya itu, dana tersebut juga dipakai untuk membangun pagar sekolah, merehabilitasi ruangan kelas serta membeli satu perangkat komputer.
Sebelum mendapat dana bantuan, bangunan sekolah ini tak memiliki pagar pembatas. Akibatnya, hewan-hewan ternak warga dengan bebas berkeliaran di areal sekolah. Warga pun dengan bebasnya memanfaatkan pekarangan sekolah yang ada di tepi jalan ini untuk hal-hal pribadi, salah satunya menjemur pakaian.
Ruangan belajarnya pun tidak memadai. Sebanyak tiga ruangan kemudian disekat di bagian tengahnya sehingga satu kelas bisa dipakai oleh dua rombongan belajar. Sekat yang memisahkan antara kelas satu dengan lainnya hanya selembar triplek yang bisa sewaktu-waktu digeser posisinya.
Kini, setelah adanya bantuan dana dari Presiden, toilet kembali difungsikan dan dibangunlah ruangan untuk para guru dan kepala sekolah bekerja mempersiapkan ilmu untuk para siswanya. Ruangan kelas pun telah dipermak sedemikian rupa sehingga sekatnya tidak lagi berupa triplek yang bisa dipindah-pindah. Kini sekat yang dipasang sudah tertutup hingga ke langit-langit. Namun tetap saja satu ruangan kelas disulap menjadi dua.
Untuk mendapatkan dana bantuan perbaikan sekolah, Neneng mengaku pernah empat kali mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan maupun ke Pemkab Bogor. "Tapi tidak ada yang membawa hasil. Awalnya memang sata titip saja, tapi akhirnya saya sendiri yang mengecek langsung," ujar Neneng.
Dia mengatakan, saat mengajukan proposal, dia sempat ditanya oleh pihak Dinas Pendidikan apa betul kondisi sekolahnya sampai memanfaatkan ruangan toilet bekas untuk bekerja seperti yang diberitakan sejumlah media dan beredar di media sosial. "Saya bilang iya betul, silakan cek saja langsung. Makanya ini saya mengajukan proposal agar sekolah kami bisa diperbaiki," kata Neneng saat ditemui akhir pekan ini.
Usaha Neneng pun akhirnya membuahkan hasil. Namun yang tak disangkanya adalah bantuan diperolehnya langsung dari orang nomor satu di negeri ini."Seperti mimpi rasanya, percaya tidak percaya waktu ada telpon katanya dari staf presiden mau ketemu dan akan memberikan sumbangan untuk sekolah," ujar Neneng.
Dengan difasilitasi oleh Komite Pemantau Legislatif (KOPEL), akhirnya kabar kondisi sekolahnya yang memprihatinkan pun sampai ke Presiden Joko Widodo. Direktur Kopel Indonesia Syamsuddin Alimsyah mengatakan, SDN 1 Tambilung merupakan salah satu dampingan KOPEL untuk program Sekolah Aman yang didukung oleh Yappika-ActionAid.
Syamsuddin mengatakan, advokasi yang diberikan kepada sekolah-sekolah dampingan tersebut bukan berupa menghimpun sumbangan dari orang per orang atau lembaga mana pun yang kemudian dananya dipakai membangun sekolah. "Kami mengadvokasi ke perubahan kebijakan. Kami mendorong masyarakat pendidikan untuk aktif mengawal pemerintah sekaligus memperbaiki kebijakannya," kata Syamsuddin.
Akhirnya, advokasi yang dilakukan Kopel pun langsung mengenai sasaran. Tidak tanggung-tanggung, informasi dan fakta kondisi sekolah dampingan yang membuat miris itu sampai ke telinga Presiden. "Bantuan dari Presiden ini salah satu respons cepat. Kami sebetulnya ingin menggugah para penentu kebijakan, pemda maupun dinas terkait, bahwa fakta di lapangan ada sekolah yang seperti ini. Mereka yang harus membangun dan memberi perhatian pada sekolah," kata Syamsuddin.
Selama pendampingan, sebelum dana bantuan cair, selama beberapa bulan, para guru, komite dan orang tua murid dimediasi oleh Kopel untuk merancang kebutuhan sekolah yang prioritas untuk diperjuangkan. Para guru dan komite juga diajak bertemu dengan anggota DPRD Kabupaten Bogor.
Selain itu, kondisi faktual sekolah disampaikan seluas-luasnya melalui jaringan media. Kerja sama Kopel dengan melibatkan media untuk meliput langsung kondisi sekolah-sekolah tersebut pun mulau beredar luas. Hingga akhirnya, kabar itu sampai ke istana dan datanglah utusan Presiden Jokowi yakni Elfriede Yola, yang memberikan langsung bantuan dari Presiden Jokowi itu.
Saat ini, setidaknya ada dua sekolah dampingan Kopel yanh telah berhasil mendapatkan dana bantuan dari Presiden Joko Widodo. Selain SDN 1 Tambilung, sekolah yang juga mendapat bantuan dari Presiden adalah SDN Leuwibatu. SD Leuwibatu, berada di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
SDN Leuwibatu bahkan mendapat dana yang lebih besar yakni Rp 164 juta. Kepala Sekolah SD Leuwibatu 01, Ati Nurhasanah mengatakan, dari bantuan itu akhirnya sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 700 meter persegi itu kini mulai mendapat penerangan listrik dengan daya 900 watt. Sebelumnya, sekolah ini gelap gulita di malam hari dan tak ada aktifitas terkoneksi listrik yang bisa dilakukan di siang hari.
Kondisi bangunan sekolah kini sudah mulai terlihat lebih layak. Walaupun masih banyak kekurangan di sana-sini seperti ruang belajar masih kekurangan dua lagi, belum ada ruangan guru, mebeler belum lengkap, serta tak ada lapangan olahraga juga lapangan untuk upacara.
Belum lagi, kondisi sekolah yang tidak di tepi jalan, membuat orang dari luar tidak akan tahu jika di lokasi tersebut ada sekolah. Ya, SD Leuwibatu lokasinya memang sedikit menjorok ke tepi hutan dan terpencil. Tak ada permukiman di sekitarnya. Anak-anak sekolah pun harus berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 200 meter ke dalam untuk mencapai sekolah.
Akses jalan setapak ke sekolah hanya bisa dilewati dengan motor atau sepeda. Jalanannya masih berupa tanah merah sehingga jika hujan turun, jalanan akan menjadi lebih licin.
Ketua Komite Sekolah SD Leuwibatu 01, Maman Suparman mengungkapkan, komite sekolah telah turun tangan untuk membenanahi jalan masuk ke sekolah tesebut. Atas swadaya para orang tua siswa, terkumpullah uang sebesar Rp 1 juta dan tambahan dari sekolah sebesar RP 500 ribu untuk membuat jalan cor. "Memang belum seluruhnya, kami baru mencor jalan sepanjang 30 meter dari jarak seluruhnya sekitar 200 meter. Pengerjaannya gotong royong bersama-sama orang tua dan guru," kata Maman.
Perbaikan sarana jalan, menurut Maman sangat penting sehingga komite sekolah turun tangan langsung. Mereka khawatir anak-anak akan terjatuh jika jalanan licin. Selain itu, jika jalanan sudah bagus, anak-anak bisa naik sepeda ke sekolah.
Perubahan lain usai sekolah ini mendapat bantuan adalah tak ada lagi anak-anak yang harus membuang hajat di sembarangan tempat saat proses belajar mengajar berlangsung. Begitu juga ketujuh guru sekolah yang mengajar di sekolah ini, jika tiba-tiba ingin ke belakang. Kini, dengan kehadiran dua buah toilet, mereka bisa dengan bebas menuntaskan hajat, dan tak perlu berlari pulang ke rumah, atau terpaksa lari ke semak-semak.