REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menilai tidak semua anak memiliki tempat untuk menyalurkan ledakan emosional. Hal itu di antaranya bisa menyebabkan pelampiasan di tempat cenderung kurang tepat.
"Ledakan emosional tak tersalurkan dengan baik," kata dia saat dihubungi Republika, Senin (20/3).
Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mengingatkan, masa remaja adalah masa yang penuh dinamika. Saat itu, energi anak-anak akan meledak-ledak. Sebab, masa remaja adalah fase mencari jati diri.
Menurutnya, tidak sedikit anak yang merasa gagal karena selalu diarahkan pada prestasi akademik. Padahal, Kak Seto menegaskan, prestasi akademik bukan yang sebenarnya.
"Hobi tak dihargai, kecerdasan bidang lain tak diapresiasi. Meledak jadi suasana emosional. Akhirnya mudah tersulut emosinya," tutur dia.
Kak Seto berujar, banyak hal yang dapat menjadi ajang pelampiasan anak-anak, seperti, gank motor dan bullying. Ledakan emosional bermanifestasi dalam kenakalan remaja. "Kalau dulu ada gelanggang remaja, tempat menyalurkan hobi mereka yang beda, teater, olahraga," jelasnya.
Kak Seto menyebut, apabila sekolah tidak memiliki program untuk menyalurkan minat dan bakat, maka anak mencari sendiri. "Akhirnya ini terjadi (tawuran). Marilah kita memahami masa remaja," lanjutnya.